Hening-Peregrinus Roland Effendi

puisi pertama yang tak baca pertama dalam suatu lomba


Langkah-langkah itu hadir….
Tersenyum membuka pintu….
Menyapa sedikit kata….
Dan akhirnya terdampar di kursi rotan….
Hening….
Sepi….
Tanpa suara….
Naluri bergejolak menyimpan sesuatu….
Ku tatap jatuhnya dahan….
Ku coba, ku cari dan ku pungut cerita….
Namun sering kali hilang di telan ilusi….
Share:

LAYANG KAGEM IBU-Megatruh Senjawan Budiyanto

Geguritan yang masih terkenang hingga saat ini....
geguritan ini aku pertama membacanya pada saat kelas 4 SD.



LAYANG KAGEM IBU

Anggitane : Megatruh Senjawan Budiyanto


Ibu
Saka lemah pangulandaran kene
Anakmu kirim layang
Nyuwon donga pangestu
Bakal methik kembang
Sesumping sotya
Bakal lungguh dhampar kencana
Linambaran babud sutra

Ibu
Kanthi dlancang seta iki
Anakmu ngantu rawuhmu
Ngasta sasuwek pangapura
Pinangka nambal kaluputan
Anakmu kang wus kasupen
Sega thiwul sambel korek ndesa
Dang dangane ibu sawengi ceput
Dhatan sare kanggo aku
Biyen kae

Ibu estu dak antu rawuhmu
Ingdina pahargyan tembe
Nyuwun uga ibu ngasta
Sega thiwul sambel sagodhang
Binungkus godhong gedhang

Anakmu kangen……………
Share:

FOTO 360 DERAJAT: Jelajahi Planet Mars

KOMPAS.COM - Foto 360 derajat saat robot Curiosity milik NASA menjelajahi Planet Mars. Ini adalah sebuah mozaik dari gambar yang rekam oleh Curiosity Navigasi Camera (Navcam) yang dipasang di robot. Ada sekitar 800 foto yang dibuat kemudian dijahit menggunakan peranti khusus sehingga menghasilkan foto panorama ini. Robot didesain, dibangun dan dirakit di Jet Propulsion Laboratory, sebuah divisi dari Institut Teknologi California di Pasadena, yang mengelola Mars Science Laboratory/Curiosity untuk NASA Science Mission Directorate di Washington. Terhitung hingga 6 Agustus 2013, robot Curiosity sudah berada di planet Mars selama setahun. Pada 6 Agutus 2012, Curiosity mendarat di Mars di area yang dinamai Kawah Gale. Tujuan utama robot adalah kaki Gunung Sharp, gunung yang berketinggian sekitar 5 km. Kini, Curiosity masih harus menempuh perjalanan jauh. Jarak yang masih harus ditempuh untuk mencapai kaki Gunung Sharp sekitar 7 km selama 9 bulan.
Panorama 360 derajat (atas) dari 817 buah foto yang direkam oleh kamera panorama (Pancam) yang dipasang di robot Opportunity milik Nasa selama musim dingin di Planet Mars. Pancam merekam komponen gambar antara misi 21 Desember 2011 dan 8 Mei 2012 di sebuah area yang dinamakan 'Greeley Haven'. Sejumlah wahana atau robot milik NASA yang mendarat di planet merah ini belum menemukan jejak metana yang bersumber dari makhluk hidup. Klik foto-foto permukaan Mars yang direkam wahana yang mengorbit di angkasa Mars maupun dari robot yang mendarat di sini

sumber kompas

Share:

Mengenal Lebih Dekat Abdullah Azzam

Mengenal Lebih Dekat Abdullah Azzam

Majalah Time] “Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT”.

[Ulama Mujahid asal Mekkah] ” Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam”.

[Azzam Publications] ” Pada dekade 1980-an, Syuhada Sheikh Abdullah Azzam mencetuskan satu kalimat yang maknanya bergaung di seluruh medan pertempuran Chechnya saat ini. Sheikh Abdullah AzzamRahmatullah ‘Alaihi menggambarkan bahwa Para Mujahid yang gugur dalam pertempuran bergabung bersama “Kafilah Para Syuhada”.

Abdullah Yusuf Azzam lahir pada tahun 1941 di Desa Asba’ah Al-Hartiyeh, Propinsi Jiniin, Tanah Suci Palestina yang diduduki Israel. Beliau dibesarkan di sebuah rumah yang bersahaja dimana Beliau dididik agama Islam, ditanamkan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya SAW, terhadap Mujahid yang berjuang di Jalan-Nya dan terhadap orang-orang yang shaleh yang mencintai kehidupan akhirat. Semasa masih kanak-kanak, Abdullah Azzam sangat menonjol di antara anak-anak lainnya. Beliau sudah mulai menyiarkan dakwah Islam semenjak masih sangat muda. Teman-teman sepergaulan mengenal Beliau sebagai seorang anak yang shaleh.
Share:

KH Ahmad Dahlan (Ketua 1912 - 1922)


Bagian I

Andai saja pada tahun 1868 tidak lahir seorang bayi bernama Muhammad Darwisy (ada literatur yang menulis nama Darwisy saja), Kampung Kauman di sebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta itu boleh dibilang tak memiliki keistimewaan lain, selain sebagai sebuah pemukiman di sekitar Masjid Besar Yogyakarta. Sejarah kemudian mencatat lain, dan Kauman pada akhirnya menjadi sebuah nama besar sebagai kampung kelahiran seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia, Kiai Haji Ahmad Dahlan: Sang Penggagas lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan 18 November 1912.
Muhammad Darwisy dilahirkan dari kedua orang tua yang dikenal sangat alim, yaitu KH. Abu Bakar (Imam Khatib Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan Nyai Abu Bakar (puteri H. Ibrahim, Hoofd Penghulu Yogyakarta). Muhammad Darwisy merupakan anak keempat dari tujuh saudara yang lima diantaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Tak ada yang menampik silsilah Muhammad Darwisy sebagai keturunan keduabelas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan terkemuka diantara Wali Songo, serta dikenal pula sebagai pelopor pertama penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991). Demikian matarantai silsilah itu: Muhammad Darwisy adalah putra K.H. Abu Bakar bin K.H. Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Jatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).
Muhammad Darwisy dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil, dan sekaligus menjadi tempatnya menimba pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun. Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah. Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwis. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi ini dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadis.
Pada usia 20 tahun (1888), ia kembali ke kampungnya, dan berganti nama Haji Ahmad Dahlan (suatu kebiasaan dari orang-orang Indonesia yang pulang haji, selalu mendapat nama baru sebagai pengganti nama kecilnya). Sepulangnya dari Makkah ini, iapun diangkat menjadi Khatib Amin di lingkungan Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1902-1904, ia menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada beberapa guru di Makkah.
Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, saudara sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Di samping itu, K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Ajengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin, Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat hati-hati dalam kehidupan sehari-harinya. Ada sebuah nasehat yang ditulisnya dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri:
“Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya. Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi Hadikusumo).

Sumber dan untuk membaca lanjutannya di : http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-156-det-kh-ahmad-dahlan.html
Share: