Muhasabah | Akhir Syawal


Bismillahi Arrahman Arrahim
Fabi ayyi ala’i rabbikuma tukadziban?
Mungkin ini adalah ayat yang redaksinya paling banya di ulang dalam Quran.
Dan mungkin ini adalah ayat yang istimewa untuk saya.
Ayat yang terkadang memaksa saya untuk tersenyum mensyukuri ni’mat Allah.
Tapi juga terkadang menjadi ayat yang memaksa saya bersedih karena hilangnya sebuah syukur dalam hari.

Muhasabah ini aku awali dengan ayat yang memaksaku pada dua kondisi.
Yang aku sendiri tak mengerti, apakah ini lebih baik atau tidak.
Yang jika lebih baik, maka aku harus tersenyum.
Yang jika buruk aku harus  bersedih.

Setelah satu bulan bergelut dengan ragam istimewa ubudiyah.
Syawal menjadi bulan kemenangan, entah bagi muttaqin atau bagi syaithan.
Dan aku. Aku masih berperang di dalamnya.
Berperang antara sedih dan  gembira.
Yang mana yang harus ku pilih.
Aku hanyut pada keduanya.

Syawal ini aku sadari.
Ada sebuah amalan yang begitu aku jaga selama sebelum ramadhan.
Dan tentu meningkat ketika ramadhan.
Kemudian di ramadhan aku tambah sebuah amalan.
Hingga aku merasa cukup puas dengan hasil ramadhan tahun ini.

Dan kini bulan syawal.
Bulan setelah syawal.
Amalan yang kutambahkan ketika ramadhan benar terjaga.
Hingga kini ia terjaga.
Namun amalan yang kujaga sebelum ramadhan menjadi sesuatu yang sulit untuk ku kejar.
Tentu ini bukan salah amalan yang menyusul.
Tapi ini adalah kesalahanku.
Kelemahanku dalam mengatur waktu.
Terlena oleh lamanya liburan.

Aku tidak tahu ini baik atau buruk.
Karena seolah amalan ini seolah saling mengganti.
Namun hatiku menolak mengatakannya.
Hatiku berkata, ini kesalahanmu suhari.
Kamu harus mengejar ama;anmu yang dulu.
Dan menjalankan amalan barumu.
Atau kau akan kehilangan  kemampuan senyummu.
Hingga ayat ini teringat dalam benak.
Lalu aku bertanya pada hatiku.
Mengapa aku harus bersedih sedangkan Allah masih menjaganya dalam diri.
Mengapa aku harus sedih?
Mengapa?
Bukankah ni’mat ini harus ku syukuri.
Senyum ini adalah tanda syukurku.
Atau aku harus bersedih karenanya.
Apakah aku tida mendustakan ni’mat ini?

Ya Rabb akhir muhasabah ini tertutup oleh virus yang menyerang tulisan ini.
Sehingga sebelum ku tutup.
Aku mohon padaMu.
Kembalikan ghirah itu.
Aku mencintaiMu ya Allah.
Aku sayang Rasul Mu.
Dan aku sayang Saudara-Saudariku.
Lindungi aku dan mereka.

Share: