MENGAKHIRKAN WAKTU SHALAT ASHAR


Di suatu hari seorang mahasiswa menemukan sebuah selebaran buletin yang diantaranya bertuliskan,
"
حافظ على العصرين
“(Kalau begitu) Jagalah al-‘ashrayn”

(Berkata Fadhaalah)

وما كانت من لغتنا فقلت : وما العصران ؟ فقال
Dan tidaklah istilah tersebut termasuk dalam bahasa kami, maka aku tanyakan: “Apakah ashrayn itu?”, Maka beliau bersabda:

صلاة قبل طلوع الشمس وصلاة قبل غروبها
Shalat sebelum matahari terbit (shubuh/fajar) dan shalat sebelum terbenamnya (ashar)

[HR Abu Daud, al haakim dll; dinilai shahih oleh al Albaaniy]

Berkata al ‘Iraaqiy (yang membawa penafsiran al bayhaqiy tentang hadits diatas; yang dikatakannya sebagai penafsiran paling baik tentang hadits diatas)

حافظ عليها بأول أوقاتها فاعتذر بأشغال مقتضية لتأخيرها عن أولها فأمره بالمحافظة على الصلاتين بأول وقتهما
(Nabi memerintahkan untuk) menjaganya (yaitu shalat) di awal waktunya. Maka beliau memberi keringanan untuk mengakhirkannya (yaitu menundanya) dari awal waktunya, jika disebabkan kesibukan yang penting, yang tidak bisa ditinggalkan. Kemudian beliau memerintahkan untuk (tetap) menjaga dua shalat (yaitu shubuh dan ashar) diawal waktunya.

Berkata ibnu Hibbaan dalam shahiihnya:

إنما أمره بالمحافظة على العصرين زيادة تأكيد للأمر بالمحافظة على أول وقتهما
Sesungguhnya perintah untuk menjaga shalat shubuh dan shalat ashar, adalah tambahan penekanan dari perintah menjaga shalat diawal waktunya untuk kedua shalat tersebut.......Jika para jama’ah bisa berkumpul dan tidak keberatan untuk mengakhirkan sholat ‘Isya, maka mengakhirkan sholat ‘Isya sebelum pertigaan malam terakhir adalah lebih utama. Dasarnya adalah hadist Aisyah ra :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ أَعْتَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ حَتَّى ذَهَبَ عَامَّةُ اللَّيْلِ وَحَتَّى نَامَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى فَقَالَ إِنَّهُ لَوَقْتُهَا لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي وَفِي حَدِيثِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ لَوْلَا أَنَّ يَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي

"Dari Aisyah ra ia bercerita, "Pada suatu malam, Nabi saw tidak tidur sampai seluruh malam berlalu dan sampai jama'ah masjid tertidur, kemudian beliau keluar dan mengerjakan shalat seraya bersabda, "Sesungguhnya inilah waktu shalat Isya', seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan umatku." (HR. Muslim)......."


Pada saat yang lain dia tengah dalam acara di sebuah desa. Maka didapatinya, Adzan Ashar di daerah itu berkumandang sekitar pukul empat sore hingga setengah lima. Maka dia menanyakan kepada sesepuh di desa tersebut, mengapa sebuah keterbalikan dari yang pernah dibacanya.

Maka jawaban sesepuh itu adalah, " Jika shalat Ashar pada awal waktu tidak memberatkan warga desa ini, maka yang demikian lebih aku sukai."
Share:

Ajining Raga Saka Busana

Awalnya aku berpikir,
untuk apa perempuan-perempuan itu berpakaian tapi ketat.
untuk apa perempuan-perempuan itu berpakaian tapi transparan.
untuk apa perempuan-perempuan itu berpakaian?

Hingga dalam sebuah perjalanan ku dapati.
bahwa berpakaian adalah simbol.
berpakaian adalah identitas.
itu sebabnya dalam islam di atur.
itu sebabnya dalam adat ketimuran (Jawa) diatur.
bagaimana pakaian lelaki perjaka.
bagaimana pakaian lelaki beristri.
bagaimana pakaian lelaki jelata.
bagaimana pakaian lelaki ningrat.
dan begitu pula dengan perempuan.

bahkan kini,
bagaimana golongan A berpakaian.
bagaimana golongan B berpakaian.
bagaimana golangan C berpakaian, dan seterusnya.
tanpa sengaja, tanpa sebuah aturan baku.
menjadi identitas dari golongan-golongan tersebut.

Beruntunglah mereka Al Ghuraba.
Share: