Pangkur (Laras Pelog Pathet Nem)

Latihan menulis macapat dikesempitan waktu.
Pangkur (Laras Pelog Pathet Nem)
Kacarita duk semana | Tercerita dulu kala
Sinuwun prabu hangatur nagari |Sinuwun prabu mengatur nagari
Ayom ayem tentrem makmur | Ayom ayem tentrem makmur
Kinurmatan ing manca | Dihormati leh manca
Datan ana crah padudon ing sesuku | Tidak ada perpecahan antar suku
Datan ana cacadira | Dia tidak ada cacat
Ginanjar berkahing Gusti | Mendapat berkahnya Gusti
Sang prabu susahing manah | Namun Sang raja gelisah
Datan ana kang mranani penggalih | Karna tiada masalah yang difikir
Sumelang hanganteb kalbu | Khawatir melanda kalbu
Tumekeng akir cita | Tidak ada cita-cita
Tan gegagas gagayuhan kang pinuju | Tidak memikirkan cita yang dituju
Lelakon sakarep Allah | Berjalan sekehendak-Nya
Nganti mati sukur Gusti | Bersyukur sampai mati.
Share:

Tinggalkan Daku Sendiri | di | Ruang Rindu

Bukanlah rindu yang hadir dari rasa cinta.
Bukan cinta yang muncul diantara dua jiwa lalu terpisahkan oleh jarak sedemikian sehingga muncul rasa rindu.
Apalagi cinta pada seseorang yang kau harapkan sapa cintanya kepadamu sehingga benci hadir ketika sapa cinta yang kau harap tak hadir kedalam dirimu.
Bukankah kau mengharap pengembalian cinta itu adalah cinta pada dirimu sendiri, keegoan cinta yang melahirkan benci tadi.
Namun adalah cinta yang hadir dari dalam rindu.
Bahkan kerinduan yang hadir tanpa sebab bertemu.
Dan merupakan cinta yang tinggi sebab keikhlasanmu menjaga cinta dalam kerinduan hingga perjumpaanmu dengan kekasih.
Tingginya cinta ini menjadikan keharaman bagi orang membencimu sebab cinta ini.
Inilah satu cinta yang menjadikanmu berada, wujud, dan tidak dalam kesia-siaan.
Bukan sebatas cinta dua arah, melainkan cinta segitiga antara Hamba, Rasul, dan Allah.
Allahumma Shalli 'Ala Muhammad wa 'Ala Alihi, wa Shahbihi, Ajma'in.
Tadabbur pada Lirik Ruang Rindu dan Da'uni
Share:

Anak Sapi dan Impian

Tembang macapat yang sering dilagukan Allah yarham mBah Tonadi ketika saya masih kecil adalah: "Semut Ireng, Anak-anak Sapi....."
Anak semut ireng itu kini mulai beranjak menjadi Pedhet, dan mungkin nasibnya akan segera berubah menjadi Sapi, jika Allah menghendaki dan jika Pedhet ini mau mengambil kesempatan.
Tapi menjadi Sapi, tetaplah menjadi Sapi, yang hanya bisa membantu Wak Tani meng-Ijo Royo-kan ladang dan sawahnya. Menjadi Sapi tak semestinya menjadi penyuruhnya Wak Tani, yang hanya bisa teriak ketika lapar, lalu tidur dikandang penuh Clethong ketika kenyang. Semestinya ia pun mau bekerja sesuai kebutuhan Wak Tani.
Namun Anak-anak sapi lupa bahwa mereka adalah sapi.
Dan mungkin Wak Tani lupa kalau-kalau ia mempunyai Cangkul dan Brujul, sehingga Anak-anak Sapi bermain Cangkul dan Brujul, bahkan Pedang-Parang pun dipakai nyangkul. Wak Tani sibuk menonton Anak-anak Sapi yang dolanan Nyangkul, Kerisnya ia letakkan begitu saja, sehingga keris pun dipakai dolanan pedang-pedangan oleh anak-anak Sapi.
Share:

Dalam Diam

Adalah puisi kedua yang diajarkan Mendiang Bapak W Winanto, saat saya masih di bangku SD.
DALAM DIAM
Dalam diam..... 
Kucoba temukan cinta
Diantara hampanya jiwaku
Yang terjepit di bisingnya sedih
Dalam Diam....
Kucoba cari jawab
Dalam segenggam sesal
Yang Ku lepas bebas
Meniti hiruk pikuknya tragedi
dalam kehidupan dunia
Dalam Diam.....
Kucoba pasrah
Menanti datangnya ketidakpastian
Dan menekuni lewat doa-doa
Yang segera mewarnai kehidupanku
Share: