Menuju Akhir Hari | Menuju Akhir Memori

Senja menemaniku hingga detik ini.
Aku begitu lelah dengan hari ini.
Aku menanti malam tiba.
Menanti sebuah ketenangan.
Aku tahu dia hanya diam.
Tapi dalam diamnya.
Dia selalu berbisik.
Mengajakku melepas penat.

Dengki membuatku muak.
Dia menghancurkan hariku.
Membuatku hilang arah.
Tanpa kendali.
Hingga dalam penat.
Tak kujumpa Cinta.
Tertutup akan Dengki.
Yang tak mungkin berbagi.

Dan Aku.
Aku masih menunggu malam.
Untuk menghapus memori.
Benci.
Dengki.
Hasad.
Gelisah.
Ragu.
Dan Kebimbangan.
Yang kudapat hari ini.

Detik tak mau berjalan lebih.
Waktu tak bercepat berubah.
Aku hampir bosan.
Hanya menatap awan.
Yang kian memerah.
Matahari enggan meredup.

Malam tak kunjung datang.
Seolah ia tak mau menghampiri.
Seolah ia tak mau mengakhiri  penat ini.
Seperti coretan ini.
Yang harus kupaksa berhenti.
Karena tiada terakhiri.



Share:

Raihan dan Hilang

Dan ketika aku mendapatkan yang ku cari di akhir syawal.
aku kehilangan sesuatu yang lain.
Seperti MOR yang memunculkan batuan baru.
sedangkan di tempat lain ia tenggelam.

Tapi aku mencoba untuk yang berbeda.
mencoba untuk tidak kehilangan yang lama.
dan mencoba memunculkan yang baru.

Aku yakin ini bisa.
karena para pendahulu telah memulainya.
dan mereka berhasil melakukannya.

Istiqamah itu seperti jarak.
Kecepatan boleh tetap.
tapi jarak tetap bertambah.

Aku ingin jarak ini terjaga.
aku ingin yang kucari kudapat.
aku ingin
yang kudapat kujaga
Share:

Pesan Hadratusy Syaikh | Etika Pelajar

KH. Hasyim Asy'ariTebuireng.org – Dalam Kitab-nya Adabul ‘Alim wal Muta’allim, KH. M. Hasyim Asy’ari merangkum etika-etika santri atau pelajar sebagaimana berikut:
Pertama, seorang santri hendaknya membersihkan hatinya dari segala hal yang dapat mengotorinya seperti dendam, dengki, keyakinan yang sesat dan perangai yang buruk.
Hal itu dimaksudkan agar hati mudah untuk mendapatkan ilmu, menghafalkannya, mengetahui permasalahan-permasalahan yang rumit dan memahaminya.
Kedua, hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridho Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.
Ketiga, hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan “menunda-nunda” dan “berangan-angan panjang”, sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan. Seorang santri hendaknya memutus sebisanya urusan-urusan yang menyibukkan dan menghalang-halangi sempurnanya belajar dan kuatnya kesungguhan dan keseriusan menghasilkan ilmu, karena semua itu merupakan faktor-faktor penghalang mencari ilmu.
Keempat, menerima sandang pangan apa adanya sebab kesabaran akan ke-serba kekurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas, kefokusan hati dari angan-angan yang bermacam-macam dan hikmah hikmah yang terpancar dari sumbernya.
Imam As-Syafi’i Ra berkata, tidak akan bahagia orang yang mencari ilmu disertai tinggi hati dan kemewahan hidup. Tetapi yang berbahagia adalah orang yang mencari ilmu disertai rendah hati, kesulitan hidup dan khidmah pada ulama.
Kelima, pandai membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur yang paling berharga itu. Waktu yang paling baik untuk hafalan adalah waktu sahur, untuk pendalaman pagi buta, untuk menulis tengah hari, dan untuk belajar dan mengulangi pelajaran waktu malam. Sedangkan tempat yang paling baik untuk menghafal adalah kamar dan tempat-tempat yang jauh dari gangguan. Tidak baik melakukan hafalan di depan tanaman, tumbuhan, sungai dan tempat yang ramai.
Keenam, makan dan minum sedikit. Kenyang hanya akan mencegah ibadah dan bikin badan berat untuk belajar. Di antara manfaat makan sedikit adalah badan sehat dan tercegah dari penyakit yang di akibatkan oleh banyak makan dan minum, seperti ungkapan syair yang artinya:
“Sesungguhnya penyakit yang paling banyak engkau ketahui berasal dari makanan atau minuman.”
Hati dikatakan sehat bila bersih dari kesewenang-wenangan dan kesombongan. Dan tidak seorangpun dari para wali, imam dan ulama pilihan memiliki sifat atau disifati atau dipuji dengan banyak makannya. Yang dipuji banyak makannya adalah binatang yang tidak memiliki akal dan hanya dipersiapkan untuk kerja.
Ketujuh, bersikap wara’ (mejauhi perkara yang syubhat ‘tidak jelas ‘ halal haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal. Memilih barang yang halal seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan semua kebutuhan hidup supaya hatinya terang, dan mudah menerima cahaya ilmu dan kemanfaatannya. Hendaknya seorang santri menggunakan hukum-hukum keringanan (rukhsoh)pada tempatnya, yaitu ketika ada kebutuhan dan sebab yang memperbolehkan. Sesungguhnya Allah senang bila hukum rukhsohnya dilakukan, seperti senangnya Allah bila hukum ‘azimahnya(hukum sebelum muncul ada sebab rukhsoh) dikerjakan.
Kedelapan, meminimalisir penggunaan makanan yang menjadi penyebab bebalnya otak dan lemahnya panca indera seperti buah apel yang asam, buncis dan cuka. Begitu juga dengan makanan yang dapat memperbanyak dahak (balgham) yang memperlambat kinerja otak dan memperberat tubuh seperti susu dan ikan yang berlebihan. Hendaknya seorang santri menjauhi hal-hal yang menyebabkan lupa seperti makan makanan sisa tikus, membaca tulisan di nisan kuburan, masuk di antara dua unta yang beriringan dan membuang kutu hidup-hidup.
Kesembilan, meminimalisir tidur selama tidak berefek bahaya pada kondisi tubuh dan kecerdasaan otak. Tidak menambah jam tidur dalam sehari semalam lebih dari delapan jam. Boleh kurang dari itu, asalkan kondisi tubuh cukup kuat. Tidak masalah mengistirahatkan tubuh, hati, pikiran dan mata bila telah capek dan terasa lemah dengan pergi bersenang-senang ke tempat-tempat rekreasi sekiranya dengan itu kondisi diri dapat kembali (fresh).
Kesepuluh, meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal terpenting yang seyogyanya di lakukan pencari ilmu, terutama pergaulan dengan lain jenis dan ketika pergaulan lebih banyak-main-mainnya dan tidak mendewasakan pikiran. Watak manusia itu seperti pencuri ulung (meniru perilaku orang lain dengan cepat) dan efek pergaulan adalah ketersia-siaan umur tanpa guna dan hilang agama bila bergaul dengan orang yang bukan ahli agama. Jika seorang pelajar butuh orang lain yang bisa dia temani, maka hendaknya dia jadi teman yang baik, kuat agamanya, bertaqwa, wara ‘, bersih hatinya, banyak kebaikannya, baik harga dirinya (muru’ah), dan tidak banyak bersengketa: bila teman tersebut lupa dia ingatkan dan bila sudah sadar maka dia tolong. 
(Diterjemahkan dari kitab “Adabul ‘Alim wal Muta’ allim” karya KH. M. Asy’ari)
*Tulisan ini dimuat di Majalah Tebuireng Edisi: 19/Januari-Februari 2012
Share:

Petualangan Si Awam | bukan awal | tapi pertama

sore itu,  Awam berpamitan dengan teman-teman kosnya. Temannya Ella memberinya beberapa buah stiker promosi usaha barunya untuk disebar. Dia lalu berangkat menuju kampung halamannya.

diperjalanan ia menemui sebuah pertigaan, ia mengambil jalur yang sudah lama tak dia lewati. Jalur ini lama tak ia lalui karena tiada lagi kabar siluman yang mengganggu warga di sana. Sebut saja kampung siluman.

ia dikagetkan oleh kedatangan dua temannya di kampung yang ia lewati. dua teman itu berasal dari surakarta. lalu ia juga terkagetkan oleh kehadiran 3 cewek temennya kuliah di jogja. mereka mulai bermain di sungai.

hingga salahsatu dari ketiganya tenggelam. 2 lainnya tertarik oleh temannya yang tenggelam tadi hingga bertiganya tenggelam. Awam langsung lari. dan syukur, ketiganya masih ketulungan.

semakin menuju hilir, ternyata banyak pula yang tenggelam. setelah di usut. ternyata ada gejala gaib yang menyebabkan mereka tenggelam. Awam terus berjalan menuju hilir sungai tanpa membantu banyak korban. ia memanggil seorang temannya yang juga merupakan tim SAR yang juga mampu melihat jin yang belum menampakkan diri.

hingga di hilir. sungai itu tiba-tiba berubah menjadi ruangan yang di ujungnya ada tirai menutupi pintu. dalam mendekat kepada tirai itu. SAR berteriak. ada penunggunya kata dia. lalu ia lari kepalang. awam ikut lari dan menenangkannya. SAR menuju kerumunan, tapi Awam mendengar sesuatu di belakangnya. ia menoleh dan berteriak. Kalau berani majulah. maka sontak keluar seekor kucing.

ah ternyata kucing siluman. ia menyerang Awam. setelah pertempuran terjadi beberapa saat. ia dapat memutuskan leher siluman kucing itu.

*terbangun
Share: