Ulama KPK | Pemerintah Rakyat

Ada sebuah kisah tentang sebuah keluarga. Seorang ayah yang penyabar dan pemaaf, ia juga seorang guru ngaji. Ayah itu memiliki seorang istri yang "narimo ing pandum". Mereka memiliki seorang anak yang sangat shaleh, dan tegas. Mereka juga punya seorang pelayan yang mereka gaji setiap bulan.
Hingga pada suatu waktu, anak ini menjadi semakin dekat dengan pelayan ini. bahkan semakin hari, anak ini berfikir bahwa pelayan ini adalh tuan, bos baginya. Anak ini tidak lagi mau mendengar apa kata ayahnya, tidak lagi menyayangi ibunya. Anak ini lebih mau mendengar apa kata pelayan itu, ia akan menunruti setiap perintah dan siasat pelayan itu.
Sang Ayah sebenarnya sakit hati, kesal atas kelakuan anak ini. namun ia masih memaafkan. semakin hari, ia tidak mau lagi menasihati anak yang tuli pada nasihatnya. Hanya sindiran-sindiran kecil yang disampakan kepada sang Istri dengan harapan di dengar oleh sang anak. Sang Ayah tak ikut campur lagi dengan urusan sang anak, sama sekali.
Sang Istri bahkan sempat mengira pelayan itu pantas menjadi bos, hampir saja. Namun kesadaran itu sering kali hilang.
Kini pelayan itu bebas, merdeka dengan kebodohannya, dan memperdaya anak ini untuk kepentingannya. Setelah sang Ayah yang penyabar tak mengumbar aibnya, sang Ibu yang sering kehilangan kesadaran, ia memanfaatkan sang Anak untuk menguasai rumah itu, memeras, dan tanpa takut digugat.
Share:

Soleboh | Mencari Masa Lalu Kademangan

Mustika Hasta Praja merupakan keluasan nikmat Allah. Ia merupakan bentuk rahmat Allah yang diberikan kepada masyarakat Kademangan. Setela keputusan diambil bahwa Mustika tersebut harus dibuat kembali, ternyata Mustika ini bukan merupakan satu bagian utuh. Ia terdiri atas beberapa sehingga membuatnya harus dalam beberapa pula.
Soleboh telah tiga bulan terpontang-panting, ke utara, ke selatan, ke barat, ke timur. dan kini Ia berjalan terkekeh-kekeh bukan untuk remah-remah sejarah yang begitu ia idamkan. Ia kini berjalan untuk mendapatkan ilham, bagaimana bentuk Mustika yang baru. Ia tak ingin Mustika ini sama dengan sebelumnya, entah bentuk, entah bahan, atau sekedar maknanya. Tapi sesekali ia tetap mencari dengar berita tentang sejarah. Bahkan soleboh sendiri belum tahu pasti sejarah pertemuan Kademangan dengan Mustika Hasta Praja.
"Aku terpontang-panting tak jelas.
Dan bahkan aku tak sempat mendapat apa yang kucari"
"Alah Boh, mbok ra usah puitis gitu" Teriak Bendol
"Diam .....
Diamlah.....
Kau hanya duri tak berujung
Kau adalah batu tak berwujud" Soleboh meneruskan gumam puitisnya
"Kau katakan pergi
Aku sudah pergi
Aku kembali
Kau suruh aku pergi lagi
Padahal kau belum pernah mendengar dan merasakan
Racikan-racikan terbaruku
Lalu untuk apa aku pergi
Dan kau suruh aku diam
Tapi aku harus bergerak
Kademangan yang memintaku bergerak
Bukan untuk diam
dan pergi lagi
Kademangan memintaku
Membuat Mustika baru
Dan kini aku bersama kawanku
Mencoba mencari dengan ilmunya
Sejenis logam yang sesuai dalam mimpiku"
"Maksudmu aku Boh?" Tanyaku
"Iya, katanya kamu sudah terbiasa praktek, nyari jenis mineral ini itu, batu ini itu," Jawab Soleboh
"Semoga saja aku masih betah menemanimu Soleboh, dan Allah belum menakdirkanku kembali ke masa depan"
Share: