Soleboh | 2018-2019 atau Abad 15

Perjalananku dan Soleboh sempat terhenti karena Kiai Sahid tidak lagi berjalan bersama kami. Beliau berjalan di jalan lain di depan kami sehingga kebuntuan melanda kami untuk melanjutkan perjalanan mencari UBO RAMPE BUMBU RACIK REMPAH REMAH SEJARAH. Dan kami berdiskusi sejenak hingga memutuskan untuk berpisah untuk sementara waktu. Aku kembali ke masaku, masa melenial, sedangkan Soleboh kembali ke masanya, masa berkembangnya Islam di Tanah Jawa.
Setelah enam bulan masa istirahat kami, Soleboh lalu menjemputku ke tahun 2017.
"Su, sudah saatnya kita kembali melanjutkan perjalanan kita." Ucap Soleboh
Dengan ragu ku jawab, "Apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu Boh?"
"Aku sudah bertanya kepada Gusti Allah, dan inilah saatnya."
"Apakah aku harus melewatkan musim panas di Indonesia dua tahun mendatang."
"Nanti di perjalanan kita akan tahu jawabanya."
Kami pun melanjutkan perjalanan kami. Di tepi Kademangan kami bertemu dengan Pak Bei yang telah menghabiskan banyak waktunya untuk bertapa. Hanya saja thariqah dan syariat bertapa yang digunakan Pak Bei dengan Soleboh ku lihat berbeda. Soleboh dengan Laku Tapa Brata dan Mbah Bei dengan Tapa Ngrame, menuliskan Syair, dan menyampaikannya petuahnya kepada khalayak.
Share:

0 komentar: