Wolak Walik

Kenapa pegawai outsourcing diatas pegawai tetap. Kenapa pegawai outsourcing bisa memecat atau memutasi pegawai tetap, sekehendaknya. Mungkin karena ai outsourcing ini bisa memecat dan memutasi sesukanya ini, maka wajah pembangunan jalan, pembersihan sungai, penataan administrasi dinisbatkan padanya.
Padahal dia outsourcing dan hanya punya kurun 5 tahun.
Padahal pembangunan dan sebagainya itu tadi butuh perencanaan yang matang, butuh studi yang lama.
Bukannya ini harusnya tanggungjawab pegawai tetap.
Kalau memang ini tanggung tanggung jawab pegawai outsourcing, lalu siapa yang merencana pembangunan jalan tol, siapa perencana pembangunan wisma, siapa perencana penutupan dan pembersihan sungai? Apakah itu ide sehari dua hari dari si outsourcing, atau malah hanya ilham yang turun semalam?
Atau yang merencana adalah pegawai tetap yang di klaim oleh pegawai outsourcing?
Atau ada perencana konspirasi?
Share:

Soleboh | Tom Sam Cong

Ada hijab yang begitu jauh antara Soleboh dan Tom Sam Cong.
"Boh, kamu tahu ada informasi tentang Tom Sam Cong, ra?"
"Sopo iku Su?"
"Dijamanku ada cerita dan dikisahkan dalam film tentang manusia dan siluman yang berasal dari Cina, pergi ke barat mencari Kitab Suci, Perjalananmu ini kan dalam rangka meramu remah sejarah dengan menilik sumber yang ada di Utara. Ku pikir kamu sudah mencari info tentang orang ini."
"Aku ndak kepikiran je, sama Sam Cong ini."
"Apakah di Utara sana, budaya menulis sejarah itu seperti budaya kita, menulis sejarah dalam bait tembang, menulis sejarah diselingi fiksi seperti dalam kitab Ambiya, Babad Prambanan, Babad Tanah Jawi, sebagaimana aku menulis tentangmu, Boh?"
"Kalau aku bisa menembus benteng besar itu dan masuk ke kepustakaan mereka, aku kabari kamu."
"Siippp..."
"Kembalilah ke waktumu, bukankah kamu juga akan dalam perjalanan, dan kamu akan melihat sebaran fitnah dan serapah. Jangan lupa doa sebelum salam. Assalamu alaikum."
Share:

Tirai Hijab Kekuasaan

Saya berprasangka kepada mereka yang tetiba membuat keputusan diluar perkiraan dan sudut pandang ummat, adalah mereka yang melihat sesuatu di balik hijab. Adapun yang ada di balik hijab ini adalah sesuatu yang tidak boleh disampaikan kepada ummat yang belum memperoleh akses untuk masuk ke balik tirai ini.
Ketika kita bisa melihat ke balik tirai ini, ada pertimbangan pertimbangan politis yang menjadikan kita kehilangan idealisme. Toh kehilangan idealisme itu selama tidak melanggar wilayah syara' itu tidak perlu dipermasalahkan. Yang bermasalah adalah ketika wilayah ikhtilaf dipermasalahkan untuk perpecahan.
Ada diskusi jual beli kebijakan dibalik tirai. Dan seorang pemimpin tentu mengutamakan yang dipimpin bukan idealismenya. Sebagian besar masyarakat kita memang belum bisa berlepas diri dari budaya mengajukan proposal, mungkin terkecuali mereka yang tidak memiliki kemampuan membuat proposal tertulis dan kemudian membuat proposal lisan dengan bertawasul di makam. Banyak yang melihat bertawasul ini adalah sebuah kesyirikan karena bergantung kepada pemilik makam, padahal hati mereka dan doa mereka tertuju pada Allah. Lalu bagaimana dengan kesyirikan bergantung pada makhluk hidup atau sistem yang dibuat oleh makhluk hidup yang disebut pemerintah?
Terlepas dari urusan kesyirikan diatas, seorang pemimpin juga akan mengikut keputusan bersama dari ummat. Bukan sebatas keputusan segelintir kelompok akademisi apalagi politisi. Ketika ummat khawatir, seorang pemimpin juga akan merasakan kekhawatiran itu. Kekhawatiran akan hari esok itu.
Wallahu a'lam.
Share: