Tirai Hijab Kekuasaan

Saya berprasangka kepada mereka yang tetiba membuat keputusan diluar perkiraan dan sudut pandang ummat, adalah mereka yang melihat sesuatu di balik hijab. Adapun yang ada di balik hijab ini adalah sesuatu yang tidak boleh disampaikan kepada ummat yang belum memperoleh akses untuk masuk ke balik tirai ini.
Ketika kita bisa melihat ke balik tirai ini, ada pertimbangan pertimbangan politis yang menjadikan kita kehilangan idealisme. Toh kehilangan idealisme itu selama tidak melanggar wilayah syara' itu tidak perlu dipermasalahkan. Yang bermasalah adalah ketika wilayah ikhtilaf dipermasalahkan untuk perpecahan.
Ada diskusi jual beli kebijakan dibalik tirai. Dan seorang pemimpin tentu mengutamakan yang dipimpin bukan idealismenya. Sebagian besar masyarakat kita memang belum bisa berlepas diri dari budaya mengajukan proposal, mungkin terkecuali mereka yang tidak memiliki kemampuan membuat proposal tertulis dan kemudian membuat proposal lisan dengan bertawasul di makam. Banyak yang melihat bertawasul ini adalah sebuah kesyirikan karena bergantung kepada pemilik makam, padahal hati mereka dan doa mereka tertuju pada Allah. Lalu bagaimana dengan kesyirikan bergantung pada makhluk hidup atau sistem yang dibuat oleh makhluk hidup yang disebut pemerintah?
Terlepas dari urusan kesyirikan diatas, seorang pemimpin juga akan mengikut keputusan bersama dari ummat. Bukan sebatas keputusan segelintir kelompok akademisi apalagi politisi. Ketika ummat khawatir, seorang pemimpin juga akan merasakan kekhawatiran itu. Kekhawatiran akan hari esok itu.
Wallahu a'lam.
Share:

0 komentar: