Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 8 | Adab Belajar Muslim Jawa


Sari makna dari Pada 8 ini adalah sebgai berikut:

Keadaan yang serba terbalik pada saat ini sebenarnya juga terjadi di masa lalu. Semestinya kita bisa belajar dari sejarah, dari kejadian masa lalu.

Terbalik bagaimana?

Terbalik dimana guru lebih hormat kepada murid, guru takut kepada murid, guru takut kehilangan murid. Murid tak lagi hormat kepada guru, orang tua murid pun demikian. Setiap metode pengajaran yang tidak sesuai kehendak si murid atau orang tua, lalu mereka menuntut, mengancam dan memenjarakan sang Guru.

Ini sungguh ironi. Yang semestinya mereka berbudi, beradab menghormati guru malah sebaliknya. Para guru yang takut kehilangan pekerjaan pun akhirnya menyerah, mengikuti tuntutan sekolah agar muridnya banyak, agar pemasukkannya juga banyak.

Wallahu A'lam
Share:

Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 7 | Adab Belajar Muslim Jawa


Sari makna dari Pada 7 ini adalah sebagai berikut.

Banyak yang mengaku orang berilmu, apalagi di era media sosial ini, sehingga sulit bagi orang yang mencari ilmu untuk memilih guru.

Sebenarnya juga banyak orang alim yang berdakwah. Tapi tak banyak yang mau mengikuti orang yang lurus jalanya. Banyak yang tak mau mengikuti orang yang masih menjalankan syariat.

Mereka yang masih memegang teguh syariat akan dikatakan sebagai orang yang salah jaman, kuno, atau sudah tak sesuai konteks.

Begitulah manusia diciptakan, faalhamaha fujuraha wa taqwaha, ada yang diilhami fujur sehingga minatnya adalah melakukan kelalaian. Dan ada yang diilhami taqwa sehingga bertahan di jalan yang lurus.

Kita hanya bisa mengajak yang tidak pada jalan kebenaran agar kembali. Kalaupun mereka tak mau diajak, itu adalah pilihan mereka dan kita tak bisa memaksa. Yang terpenting adalah kamu sudah berdakwah, sudah tabligh, dan hasilnya serahkan pada Allah.

Share:

Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 6 | Adab Belajar Muslim Jawa


Sari makna dari Pada 6 ini adalah sebagai berikut:

Pada Pada 5 sudah dijelaskan bahwa ucapan guru yang semestinya diikuti adalah ucapan yang tidak menyelisihi empat sumber hukum Islam. Jika pendapat itu tidak mufakat dengan yang empat, maka akan membawa kepada yang sesat.

Sinuhun Pakubuana 4 memberikan contoh kesesatan yaitu mereka yang sampai meninggalkan shalat, meninggalkan syariat karena merasa menyatu dengan Tuhan. Pemahaman ini menjadi sesat karena kesalahan menafsir mentakwil dengan mengabaikan empat perkara tersebut.

Mereka tak lagi melakukan shalat secara fisik karena merasa maqamnya sudah cukup dengan shalat dalam batin. Mereka tidak lagi memakai bathil dan haram karena merasa kebathilan dan keharaman tak akan memisahkan makhluk dengan khalik.

Orang seperti mereka inilah yang mengaku-aku sudah mampu merasa, padahal mereka tak mampu merasakan rasa sejati
Share:

Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 5 | Adab Belajar Muslim Jawa


Sari makna dari Pada ke 5 ini adalah:

Ketika guru-guru kita menyampaikan suatu pendapat, kita jangan pernah terburu-buru membuat kesimpulan, apalagi menyimpulkan itu kebenaran. Semestinya sebagai pelajar kita juga menimbang-nimbang pedapat guru-guru kita. Terutama dalam hal ini adalah ilmu ilmu agama.

Alat yang bisa kita gunakan untuk menakar seberapa benar suatu pendapat itu, maka kita harus kembali kepada Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas. Jika pendapat itu mufakat dengan salah satu sumber ini maka kemunginan besar itu adalah pendapat yang shahih.

Wallahu A'lam
Share:

Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 4 | Adab Belajar Muslim Jawa


Sari makna dari Pada 4 ini adalah sebagai berikut

Didalam tebang ini sudah cukup jelas kriteria yang guru yang pantas dipilih untuk ngaji Qur'an, ngaji makna kehidupan, ngaji merasakan rasa sejati. Kriteria itu adalah:
1. Manungsa kang nyata, manusia yang nyata, manusia yang memiliki kemanusiaan.
2. Becik martabate, yang berbudi luhur, berakhlaqul karimah
3. Paham hukum, terutama syari'at
4. Ibadah, menjalalnkan hukum syari'at tersebut
5. Wirangi, wara', hati-hati dalam menjalankan ibadah

Minimal 5 kriteria di atas. Dan akan menjadi poin lebih ketika guru itu memiliki sifat berikut:
1. Pertapa, zuhud, tidak kadonyan
2. Mumpuni
3. Tidak mengharap imbalan, hanya mengharap ridla Allah.

Itu pantas kau jadikan guru dan kita mintai nasehat.
Share:

Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 3 | Adab Belajar Muslim Jawa


Sari makna dari Pada 3 ini adalah sebagai berikut:

Pada Pada ke 2, disampaikan oleh Sinuhun Pakubuwana IV bahwa agar mencapai rasa yang sejati itu harus diupayakan agar hidup kita sempurna. Rasa yang sejati ini terdapat dalam Al Qur'an sebagaimana disampaikan pada Pada 3.

Namun demikian akal dan hati kita terkadang tidak bisa menerima sinyal-sinyal dari dalam Al Qur'an. Hanya dengan rahmat Allah SWT saja kita bisa mencerna, mempelajari, dan memaknai Al Qur'an.

Jika dalam belajarmu memahami Al Qur'an, kamu kesulitan maka carilah penjelasan dari para Ulama yang merujuk pada Qur'an, Hadits, ataupun sumber-sumber yang shahih. Jangan sampai kita menyimpulkan seenak hati kita. Karena menafsirkan Qur'an sekehendak hati dapat membawa kita kepada kesesatan dan dapat menyesatkan orang lain.

Oleh sebab itu, jika memang benar-benar ingin memahami Qur'an, memahami kehidupan, memahami rasa yang sejati. Maka Bergurulah !

Guru yang bagaimana yang sepantasanya kita pilih? Akan dijelaskan dalam Pada 4.

Share:

Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 2 | Adab Belajar Muslim Jawa


Sari makna dari Pada 2 ini adalah sebagai berikut

Setelah pada Pada 1 Sinuhun Pakubuana IV berharap "mrih padhanging sasmita" yaitu agar jelas maknanya. Pada 2 ini dimulai dengan "sasmitaning ngaurip puniki" makna hidup ini. 

Makna hidup ini sangatlah sayang jika sampai kita tidak mengetahuinya dan semestinya kita ewuh yen nora weruh, malu jika sampai tidak tahu. Karena kalau sampai kita tidak tahu makna hidup ini, maka hidup kita tidak akan tegak, hidup kita tidak pada jalan yang tegak, shiratal mustaqim. Kita bisa lupa asal muasal hidup kita dan bisa kehilangan arah hidup kita sehingga tujuan akhir hidup ini bisa tidak tercapai.

Asal dan arah hidup ini dalam bahasa jawa disebut sebagai sangkan paraning dumadi. Sangkan kita sesungguhnya adalah Inna liLlahi dan paran kitapun Ilaihi. Kalau sampai kita lepas dari jalan tegak dari Allah dan menuju Allah, maka celakalah hidup ini.

Banyak yang mengaku sudah berada di jalan ini. Tapi sebenarnya mereka masih tersesat. Mereka merasa sudah dalam pemahaman yang paling benar sehingga pemahaman yang lain adalah pemahaman yang salah. Perasaan ini adalah perasaan orang yang sebenarnya tidak bisa merasa. Mereka tidak bisa merasakan rasa yang sejati.

Apa itu rasa sejati? ini akan dibahas pada Pada berikutnya. Yang jelas rasa sejati ini mesti diupayakan, dipelajari dan diraih agar hidup ini juga sempurna.
Share:

Serat Wulangreh Pupuh Dandanggula Pada 1 | Adab Belajar Muslim Jawa

Sari makna dari Pada 1 ini adalah sebagai berikut:

Ketika menjadi orang yang besar, dalam hal ini menjadi seorang raja, jangan menjadikan merasa paling baik tetapi selalu lakukan yang terbaik. Tetaplah tawadlu', rendah hati, tidak sombong. Tapi juga perlu diingat bahwa jangan sampai ketawadlu'an menjadikan kita merasa tidak pantas untuk tabligh, menyampaikan kebenaran. Karena dalam hadist dikatakan, Balighu 'anni walau ayah. sampaikan meski kamu hanya tahu satu ayat.

Dan ketika menjadi seorang yang besar dalam tabligh, atau menjadi mubaligh atau mualim yang masyhur, jangan sampai menjadikan kesombongan bertumbuh di dalam dada. Karena kesombongan adalah watak iblis ketika membangkang Tuhannya. Kesombongan hanya akan menghasilkan kerusakan dan kemudlaratan.

Sebagai contoh adalah Sinuhun Pakubuwana IV. Beliau adalah orang besar, namun beliau merasa lancang berani menulis sebuah karya padahal beliau merasa ilmunya belum mumpuni.

Namun beliau memaksakan diri, mengupayakan menulis karya ini dengan penuh kehati-hatian berharap pembaca mendapat manfaat dari karya beliau dan agar terhindar dari cela kemudlaratan. Serta agar pembaca bisa memahami makna yang disampaikan.

Lalu makna mana yang dimaksud beliau. Akan dijelaskan pada Pada 2.

Share: