Khasanah Jawa | Lagu Dolanan | Lir Ilir

Pagi buta, Beliau masih tertidur lelap...dering hape sony erricsonnya tak membuatnya geming dari lelapnya. 15 menit berlalu, ia buka pesan masuk itu...
" arti lir ilir per ukara apa? "
tanya teman IMBASADI (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia) yang kuliah di UNESA. Sambil bergumam ia membalas sms kawannya itu.

Berikut adalah penjabaran dari jawaban pertanyaan itu yang ia sampaikan padaku :
Lir ilir ini ciptaan Sunan Kalijogo dengan kiasan-kiasan kehidupan tingkat tinggi. tak semua orang bisa menangkap arti dan makna sirat dalam lagu yang hanya di pake DOLANAN ini.

Lir ilir, lir ilir tandure wis sumilir 
(Lir ilir, lir ilir tanamannya sudah mulai bersemi)
lir-ilir : Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman : agama Islam.
Ada pula yang menfsirkan bahwa, ini sebagai gambaran kehidupan manusia.

Tak ijo royo – royo 
(Hijau Royo royo)
Agama Islam tumbuh subur di Tanah Jawa. Yakni hijau sebagaiman simbol umum agama Islam. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa kehidupan manusia yang mulai tertata dan mulai berkembang layaknya kesuburan pada tanaman yang hijau.


Tak sengguh temanten anyar (demikian menghijau bagaikan pengantin baru)
Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level mula, seperti penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya 

Cah angon – cah angon penekno blimbing kuwi (Anak-anak penggembala, panjatkan pohon blimbing itu )
  Kenapa kok cah angon ? Hadits Rasul “Al-Imaamu Ro’in” (Imam adalah Pemimpin/Penggembala).  Ro’in dalam bahasa arab artinya secara bahasa penggembala dan secara urf (adat arab) juga untuk menyebut sebagai pemimpin.kita sebagai manusia bertugas untuk menjaga umat...
  Kenapa Belimbing : Inget : belimbing itu warnanya ijo (ciri khas Islam) dan memiliki sisi 5. Jadi, belimbing adalah isyarat agama Islam itu sendiri, yang tercermin dari 5 sisi buah belimbing yang menggambarkan Rukun Islam.

  Kenapa penekno (ambilkan) : Inilah seruan tholabun nushroh para orang Jawa, agar mereka bersedia mengambil Islam itu agar masyarakat bisa mengikuti langkahnya dan dengan itu aturan Islam dapat diterapkan ke masyarakat. Tidak mungkin Islam terterapkan kaffah tanpa ada kemauan penguasa “mengambil” Islam sebagai agama dan sistemnya. Para penafsir lagu lir-ilir kebanyakan tidak sasmito terhadap penggunaan kata2 penekno belimbing ini .. Kalau cuman sekedar belimbing sih biasanya anak kecil juga bisa ambil sendiri, tapi ini menggunakan kata “penekno” yang artinya adalah ambilkan buah itu untuk saya, kami dan mereka semua. Dan juga bukan peneken (panjat dan ambil untuk dirimu sendiri). Jelas ini artinya adalah seruan para wali agar raja bersedia mengimplementasikan Islam untuk masyarakat umum.

Lunyu – lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro (Biar licin tetap panjatkan untuk mencuci pakaian-mu)
  dodod : sejenis pakaian jawa
walaupun berat ujiannya, walaupun banyak rintangannya karena masuk agama Islam itu berkonsukuensi luas baik secara keluarga, sosial dan politik, maka tetap anutlah Islam untuk membersihkan aqidahmu dan menyucikan dirimu dari dosa dosamu. Demikian juga pasti sangat berat rintangan untuk melaksanakan syariat Islam itu ditengah masyarakat, karena pasti akan berhadapan dengan agama, adat istiadat serta sistem yang telah terbangun dimasyarakat.

Dododiro – dododiro kumitir bedah ing pinggir
Pakainmu itu tertiup2 angin dan sobek di pinggir pinggirnya
  kumitir : bayangkan kain yang dijemuran dan tertiup2 angin lalu terlihat pinggir kain itu sobek2. Yang dimaksud disini adalah ketika para raja itu sudah masuk Islam, maka masih ada hal hal yang belum Islam kaffah, masih ada cacat2 di aqidah-nya sebab masih terpengaruh oleh hindu jawa
  Bedah ing pinggir : barangkali yang dimaksud pinggir sini adalah masyarakat bawah (pinggiran), dimana pada mereka masih kurang memahami dan kurang melaksanakan Islam sebab banyak masyarakat awam belum tersentuh dakwah atau belum komitmen di Islam

Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore )
Betulkanlah penyimpangan2 itu baik pada dirimu atau pada masyarakatmu untuk persiapan kematianmu
sebo : menghadap = sowan. Mengko sore : nanti sore (waktu ajal). Usia senja : usia tua mendekati masa akhir.
Pesan dari para wali bahwa kamu pasti akan mati dan akan menemui Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan diri, keluarga dan masyarakat yang kamu pimpin. Maka benahilah dan sempurnakanlah keislamanmu dan keislaman masyarakatmu agar kamu selamat di Hari Pertanggung Jawaban (yaumul Hisab)

Mumpung pandang rembulane (Selagi terang (sinar) bulan-nya)
Para wali mengintatkan agar melaksanakan hal itu mumpung masih terbuka pintu hidayah menerima Islam dan masih banyak ulama2 yang bisa mendampingi beliau untuk memberikan nasehat dan arahan dalam menerima dan menerapkan Islam

Mumpung jembar kalangane (Mumpung luas kesempatannya)
Mumpung si Raja masih menduduki jabatan sebagai penguasa. Nanti perkaranya atau kesempatan melaksanakan ini akan hilang bila raja tersebut sudah tidak menjadi penguasa.
Kesempatan apa ? usia atau pangkat/kedudukan  ? Kalau yang dimaksud kesempatan adalah usia, maka ini kurang cocok. Bagaimanapun juga para wali juga tahu bahwa usia itu tidak bisa ditebak. Pangkat/kedudukan lebih masuk akal sebab masih bisa diduga kapan lengsernya ..
Bagi saya kalangan bisa juga berarti pendukung sehingga maknanya juga bisa : mumpung selagi banyak pendukungnya
bagian ini sangat menjelaskan bahwa lagu ini adalah tholabun nusrhoh para wali kepada raja raja agar raja memanfaatkan kesempatannya (sebagai raja) untuk disamping masuk Islam juga terlibat aktif dalam penyebaran dan pelaksanaan syariat Islam di wilayahnya (tanah Jawa).

Sun surako surak hiyo (Mari bersorak-sorak ayo…)
Sambutlah seruan ini dengan gembira “Ayo kita terapkan syariat Islam” …. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

Share:

0 komentar: