'Aidil Adha 1433 Ini Berbeda

 Takbir berkumandang, menggema dan mendayu, memecah sunyinya pagi. Terdengar sayup-sayup, lantunan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha illa Allahu, Huwa Allahu Akbar. Allahu Akbar Walillah hilhamd”. Kumandang ini mengundang Segenap Warga mBarek da sekitarnya untuk berkumpul di Wisma Bukit Barisan.
Bukan hanya warga asli jogja yang turut meramaikan idul adha kali ini. Para pelajar asal negeri jiran ini pun tak kalah banyak. Bahkan jumlah mereka ada 25% dari yang hadir saat itu. Namun ada beberapa hal yang membuat saya merasa heran. Ketika shalat telah selesai dan telah masuk waktu khutbah, tampaklah seorang malaisya yang baru datang. Tampaknya orang ini tahu bahwa idul adha sunah belaka. Dan mendengarkan khutbah itu juga penting. Maka ia segera duduk dan diam sembari mendengar khutbah. Sedangkan Orang Indonesia, ketika masuk waktu shalat idain mereka berduyun-duyun. Seolah idain itu wajib, dan ketika berkhutbah tak sedikit dari kita yang senggol kanan- senggol kiri.
Selain itu juga ketika khutbah selesai. Mereka tak lekas pulang. Mereka membantu panitia melipat Koran yang di gunakan sebagi alas. Dan mereka memberesi Koran-koran itu dengan rapi. Aku yang jadi panitia saat itu merasa malu karna hanya memberesi Koran dengan kaki. Aku pun turut menggunakan tanganku untuk merapikan seperti yang orang-orang malaisya itu lakukan. Sedangkan aku melihat orang-orang asli Indonesia malah langsung pulang tanpa terdahulu merpikan Koran yang mereka bawa.


Dan yang menjadi perhatian saya adalah selesai semua aitu mereka tiada langsung pulang juga. Mereka berkumpul layaknya setelah lebaran, saling berjabat tangan dan suasana keakraban pun segera muncul. Perempuan dan lelaki pun juga ada batas yang muncul secara alamiah. Aku hanya berfikir, mereka berakrab seperti ini adalah karena hal ini belum mereka lakukan lebaran kemaren.
Share:

0 komentar: