Dandanggula, kelas 5 SD

ini adalah sekar dandang gula
yang waktu itu saya masih kelas 5 SD di ajari guru saya,
tapi satu kelas selalu dimarahi karena gak bisa-bisa.

Lamun sira anggeguru kaki,
amiliha sujanma kang nyata,
ingkang becik martabate,
sarta kang wruh ing kukum,
kang ngibadah lan kang wirangi,
sukur antuk wong tapa,
ingkang wus amungkul,
tan mikir pawehing liyan,
iku pantes sira guronana kaki,
sartane kawruhana.

untuk download silakan di sini
Share:

Marah dan Sayang

sempat 3 hari merenung antara marah dan sayang,
pertanyaan yang muncul adalah,
"Apa Allah pernah marah?"
bingung mau jawabnya,
yang pasti, Allah maha Sayang.
tapi mungkinkah Allah marah, atau maha Marah,
sedangkan Ia maha Sayang?

tapi saya dapati beberapa ayat dan hadist, yang isinya tentang,
Murka Allah, Siksa Allah sangat pedih. dsb.
kalo siksa Allah, itu bukan karena marah saya rasa,
tapi itu adalah sebuah balasan semata bagi yang melanggar perintahnya.

lagi pula, manusia itu ibadah gak ibadah,
KuasaNya, DerajatNya tak akan turun,
Ia tetap Tuhan, Sesembahan dan Raja.

Bagaimana dengan murka?
mencari dalam asmaul husna,
Tak ada namaNya yang berarti maha Marah.
berarti Allah Maha Sayang. dan tidak maha marah.

...merenung,
jika kita mendapat musibah, atau Allah marah dengan kkita,
itu berarti Allah sayang dengan kita,
ingat ujian yang Allah beri tak akan diatas batas kekuata kita

bukan berarti menganalogikan Allah yang maha Agung dengan orang tua,
keduanya jauh berbeda,
tapi mari kita lihat orang tua kita,
ketika ia marah, berarti ia peduli dengan kita,
ia sayang pada kita,

terakhir,
maaf buat saudariku yang jauh disana,
aku telah memarahimu,
membuatmu menangis, dan,
ah sudahlah,
mungkin saat itu saya memang sedang diluar kontrol.
terimakasih atas maafnya.


Share:

benci dan hormat

bukan lagi masalah suka, sayang atau cinta,
tapi ini tentang suka dan menghormati,

suka dan benci itu tak mungkin bersama,
namun hormat dan benci bisa bersama,

saya harus membenci, karena memang sebuah kewajiban,
dan itu adalah selemah iman,

saya hormat bukan berarti saya suka,
tapi sebatas menjalankan kewajiban sesama,
tapi membenci adalah tugas dariNya,

antara Alwala dan Albara
Share:

Apa Itu Cinta, "Kata Mereka"

cinta itu, bukan sesuatu yang bisa diremehkan,,
bukan sesuatu yang bisa digunakan sebagai kambing hitam,,
maknai dengan sebenar apa itu cinta,,
seperti yang pernah di katakan oleh sahabat-sahabatku,,

Kata Isnain, cinta itu tidak logis.
apapun akan kita lakukan demi cinta.
dan kita rela, melakukan apapun,
dan itulah ketidak logisan itu,,

BUKAN BERARTI CINTA ITU BUTA,

yang ini kata Ditya, cinta itu tidak menerima apa adanya,
berkebalikan dengan yang umum,
tapi inilah cinta,
karena cinta itu tidak buta,
maka cinta itu akan tahu apa kekurangan kita dan apa kekurangan cinta.
dengan begitu,
kita akan merubah cinta agar seperti yang kita harapakan,,
itu cinta.

lain lagi dengan Afta,
cinta itu ditahan,,
jadi keinget sebuah buku yang didalamnya tertulis,
"barang siapa menjaga/ menahan perasaan cintanya hingga meninggal sebelum di ungkapkan,
baginya surga,,"
bisa jadi itu hanya ungkapan, atau mungkin malah hadist,
tapi memang ada waktunya tersendiri untuk cinta itu,
punya waktu sendiri untuk di ungkapkan,,

ada juga, Hasna,
cinta itu ,"saya lupa apa yang ia ungkapkan tantang apa itu cinta,"
tapi saya ingat bahwa, siapa itu cinta,
cinta itu pasangan hidup kita.

Humam, turut datang dan
cinta itu hati,
hati itu cinta,
kalau cinta hati-hati,
padahal cinta itu tidak akan keliru dan tidak ada pilihan.
mmm,,, ya begitulah,, cinta itu hati yang merasa.

terakhir,, uben,,
cinta itu,,"lupa juga,,""" :)

menyusul, saudaraku yang lagi galau,,
Cahaya Hati,,
cinta itu sesuaitu yang indah, dengan ini seharusnya galau itu tiada,
jika memang cinta itu indah,
ia akan jadi sugesti agar tidak galau

bagiku cinta itu suci, dan tugasku menjaga kesuciannya
Share:

Jogja Kembali

Hari ini 21 Okt 2013,
Jogja kebali basah akan inspirasi,
bersama teman-teman Geofisika 12
terimakasih sahabat Geofisika 12

Aku tidak tahu apa sebabnya,
mungkin,
karena banyaknya serangan-serangan pada pemikiran ini.
dan pula banyaknya cercaan-cercaan datang menimpa diri.
hatta kemarin, jogja terasa kering akan inspirasi,
seperti yang pernah di ungkapkan ahmad wahib beberapa tahhun lalu.

Subhanallah,
kalimat pengagungan yang terangkai padu,
ketika memahami Jogja yang kaya akan inspirasi.
,,betapa,,
Besar Indonesiaku.
Indah Negeriku.
Alam yang jauh membentang,
menambah lantunan tasbih penyucian namaNya.
Mungkin,
ini adalah bagian  dari "ayat-ayat cinta" yang ada di Indonesia.

Tertunduk bisu diam memaku,
kembali merangkai imajinasi,
merenung dan memahami,
Makna cinta akan alam dan Ilahi.

aku ingin meminjam kalimat,
yang sering digunakan oleh teman forankla,
yang sering terucap oleh kak Eri, Nurul,
"aku bangga,
"aku bangga padamu,
"aku bangga padamu Indonesiaku"
Negeri elok permai ini adalah tampat untuk kalian,
Para Cikallintang khatulistiwa untuk tumbuh bersemi.
"aku bangga padamu Forankla"
"aku bangga padamu Fan Jateng"
"aku bangga padamu Komuda Jateng"

Astagfirullah,
Namun betapa di sayang,
kalimat-kalimat istighfar tak luput dibiibir,
Cinta pada alam adalah kewajiban seorang pemimpin.
memahami dan menikmati indahnya bumi,
menjadi hal yang wajar,
namun tak sedikit lupa hakikat menikmati alam,
seperti pernah disampaikan oleh Dai Patroli,
"ahmad tukiran maulana" namanya,
ketika menceramah di atas bukit di kulonprogo,
pada dua orang muda mudi yang tengah menikmati Indahnya Alam. 
Share:

Idul adha 1434 H

moment yang lalu terulang lagi,
moment idul adha yang jadi moment halal bihalal bagi mereka.
tiba tiba muncul seorang ibu berkomentar, " mas, kambing di sini keren-keren ya!"
"kok gitu bu?"
" lha itu, nama kambingnya bagus-bagus,  ada pak suroto, pak narno, bla-bla-bla, nanana."
" itu bukan nama kambing bu, tapi nama pemilik kambingnya,..."

tiba-tiba...

ada teriakkan, "mas-mas pak narnonya mana?"...
lanjut seorang mas-mas dateng dengan membawa seekor kambing.
ibu-ibu bilang,"lho, yang di panggil pak narno, kok yang dateng kambing?"

Share:

Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ary

GURU DAN AMALIAH KH. AHMAD DAHLAN (MUHAMMADIYYAH) DAN KH. HASYIM AS’ARI (NU) ADALAH SAMA TIADA PERBEDAAN

Tulisan kali ini hendak mempertegas tulisan kami yang telah lalu berjudul “Sejarah Awal Muhammadiyah yang Terlupakan”, dimana banyak dari kita belum tahu atau sengaja melupakan sejarah awal Muhammadiyyah.

Secara ringkas kami katakan bahwa, KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyyah pada 18 November 1912/8 Dzull Hijjah 1330) dengan KH. Hasyim Asy’ari (pendiri NU pada 31 Januari 1926/16 Rajab 1344) adalah satu sumber guru dengan amaliah ubudiyah yang sama. Bahkan keduanya pun sama-sama satu nasab dari Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri).

Berikut kami kutip kembali ringkasan “Kitab Fiqih Muhammadiyyah”, penerbit Muhammadiyyah Bagian Taman Poestaka Jogjakarta, jilid III, diterbitkan tahun 1343 H/1925 M, dimana hal ini membuktikan bahwa amaliah kedua ulama besar di atas tidak berbeda:

1. Niat shalat memakai bacaan lafadz: “Ushalli Fardha...” (halaman 25).
2. Setelah takbir membaca: “Allahu Akbar Kabiran Walhamdulillahi Katsira...” (halaman 25).
3. Membaca surat al-Fatihah memakai bacaan: “Bismillahirrahmanirrahim” (halaman 26).
4. Setiap shalat Shubuh membaca doa Qunut (halaman 27).
5. Membaca shalawat dengan memakai kata: “Sayyidina”, baik di luar maupun dalam shalat (halaman 29).
6. Setelah shalat disunnahkan membaca wiridan: “Istighfar, Allahumma Antassalam, Subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x, Allahu Akbar 33x” (halaman 40-42).
7. Shalat Tarawih 20 rakaat, tiap 2 rakaat 1 salam (halaman 49-50).
8. Tentang shalat & khutbah Jum’at juga sama dengan amaliah NU (halaman 57-60).

KH. Ahmad Dahlan sebelum menunaikan ibadah haji ke tanah suci bernama Muhammad Darwis. Seusai menunaikan ibadah haji, nama beliau diganti dengan Ahmad Dahlan oleh salah satu gurunya, as-Sayyid Abubakar Syatha ad-Dimyathi, ulama besar yang bermadzhab Syafi’i.

Jauh sebelum menunaikan ibadah haji, dan belajar mendalami ilmu agama, KH. Ahmad Dahlan telah belajar agama kepada asy-Syaikh KH. Shaleh Darat Semarang. KH. Shaleh Darat adalah ulama besar yang telah bertahun-tahun belajar dan mengajar di Masjidil Haram Makkah.

Di pesantren milik KH. Murtadha (sang mertua), KH. Shaleh Darat mengajar santri-santrinya ilmu agama, seperti kitab al-Hikam, al-Munjiyyat karya beliau sendiri, Lathaif ath-Thaharah, serta beragam ilmu agama lainnya. Di pesantren ini, Mohammad Darwis ditemukan dengan Hasyim Asy’ari. Keduanya sama-sama mendalami ilmu agama dari ulama besar Syaikh Shaleh Darat.

Waktu itu, Muhammad Darwis berusia 16 tahun, sementara Hasyim Asy’ari berusia 14 tahun. Keduanya tinggal satu kamar di pesantren yang dipimpin oleh Syaikh Shaleh Darat Semarang tersebut. Sekitar 2 tahunan kedua santri tersebut hidup bersama di kamar yang sama, pesantren yang sama dan guru yang sama.

Dalam keseharian, Muhammad Darwis memanggil Hasyim Asy’ari dengan panggilan “Adik Hasyim”. Sementara Hasyim Asy’ari memanggil Muhammad Darwis dengan panggilan “Mas atau Kang Darwis”.

Selepas nyantri di pesantren Syaikh Shaleh Darat, keduanya mendalami ilmu agama di Makkah, dimana sang guru pernah menimba ilmu bertahun-tahun lamanya di Tanah Suci itu. Tentu saja, sang guru sudah membekali akidah dan ilmu fikih yang cukup. Sekaligus telah memberikan referensi ulama-ulama mana yang harus didatangi dan diserap ilmunya selama di Makkah.

Puluhan ulama-ulama Makkah waktu itu berdarah Nusantara. Praktek ibadah waktu itu seperti wiridan, tahlilan, manaqiban, maulidan dan lainnya sudah menjadi bagian dari kehidupan ulama-ulama Nusantara. Hampir semua karya-karya Syaikh Muhammad Yasin al-Faddani, Syaikh Muhammad Mahfudz at-Turmusi dan Syaikh Khaathib as-Sambasi menuliskan tentang madzhab Syafi’i dan Asy’ariyyah sebagai akidahnya. Tentu saja, itu pula yang diajarkan kepada murid-muridnya, seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, Syaikh Abdul Qadir Mandailing dan selainnya.

Seusai pulang dari Makkah, masing-masing mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dari guru-gurunya di Makkah. Muhammad Darwis yang telah diubah namanya menjadi Ahmad Dahlan mendirikan persarikatan Muhammadiyyah. Sedangkan Hasyim Asy’ari mendirikan NU (Nahdlatul Ulama). Begitulah persaudaraan sejati yang dibangun sejak menjadi santri Syaikh Shaleh Darat hingga menjadi santri di Tanah Suci Makkah. Keduanya juga membuktikan, kalau dirinya tidak ada perbedaan di dalam urusan akidah dan madzhabnya.

Saat itu di Makkah memang mayoritas bermadzhab Syafi’i dan berakidahkan Asy’ari. Wajar, jika praktek ibadah sehari-hari KH. Ahmad Dahlan persis dengan guru-gurunya di Tanah Suci. Seperti yang sudah dikutipkan di awal tulisan, semisal shalat Shubuh KH. Ahmad Dahan tetap menggunakan Qunut, dan tidak pernah berpendapat bahwa Qunut sholat subuh Nabi Muhammad Saw adalah Qunut Nazilah. Karena beliau sangat memahami ilmu hadits dan juga memahami ilmu fikih.

Begitupula Tarawihnya, KH. Ahmad Dahlan praktek shalat Tarawihnya 20 rakaat. Penduduk Makkah sejak berabad-abad lamanya, sejak masa Khalifah Umar bin Khattab Ra., telah menjalankan Tarawih 20 rakaat dengan 3 witir, sehingga sekarang. Jumlah ini telah disepakati oleh sahabat-sahabat Nabi Saw. Bagi penduduk Makkah, Tarawih 20 rakaat merupakan ijma’ (konsensus kesepakatan) para sahabat Nabi Saw.

Sedangkan penduduk Madinah melaksanakan Tarawih dengan 36 rakaat. Penduduk Makkah setiap pelaksanaan Tarawih 2 kali salaman, semua beristirahat. Pada waktu istirahat, mereka mengisi dengan thawaf sunnah. Nyaris pelaksanaan shalat Tarawih hingga malam, bahkan menjelang Shubuh. Di sela-sela Tarawih itulah keuntungan penduduk Makkah, karena bisa menambah pahala ibadah dengan thawaf. Maka bagi penduduk Madinah untuk mengimbangi pahala dengan yang di Makkah, mereka melaksanakan Tarawih dengan jumlah lebih banyak.

Jadi, baik KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari tidak pernah ada perbedaan di dalam pelaksanaan ubudiyah. Ketua PP. Muhammdiyah, Yunahar Ilyas pernah menuturkan: “KH. Ahmad Dahlan pada masa hidupnya banyak menganut fiqh madzhab Syafi’i, termasuk mengamalkan Qunut dalam shalat Shubuh dan shalat Tarawih 23 rakaat. Namun, setelah berdirinya Majelis Tarjih pada masa kepemimpinan KH. Mas Manshur, terjadilah revisi-revisi, termasuk keluarnya Putusan Tarjih yang menuntunkan tidak dipraktekkannya doa Qunut di dalam shalat Shubuh dan jumlah rakaat shalat Tarawih yang sebelas rakaat.”

Sedangkan jawaban enteng yang dikemukan oleh dewan tarjih saat ditanyakan: “Kenapa ubudiyyah (praktek ibadah) Muhammadiyyah yang dulu dengan sekarang berbeda?” Alasan mereka adalah karena “Muhammadiyyah bukan Dahlaniyyah”.

Masihkah diantara kita yang gemar mencela dan mengata-ngatai amaliah-amaliah Ahlussunnah wal Jama’ah Nahdlatul Ulama sebagai amalan bid’ah, musyrik dan sesat?

Tulisan-tulisan yang telah lalu yang perlu dibaca ulang:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=418297278260950&set=a.356613851095960.85503.347695735321105&type=1&ref=notif&notif_t=like&theater#
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=395924917164853&set=a.356613851095960.85503.347695735321105&type=1&comment_id=1039406&ref=notif&notif_t=photo_comment&theater

Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 16 September 2013
Share:

Ummatan Wahidan

Saat mau pulang dari rapat koordinasi buat ospek prodi.
mendekati lampu merah deket jembatan,
terlihat Mobil dengan Plat "A* 354 SI".
diatas plat mobil bertuliskan arab "Ikromul Muslimin".
kemudian dikaca belakangnya terpampang dengan jelas sebuah seruan,

-"Wa'tasimu bihablilahi jami'a, wala tafaraqu"
-Damai dan Sejahteralah Indonesiaku
-Bersatulah NU, Muhammadiyah, Salafi, FPI, PKS, DDI, LDII, HTI, Al Irsyad, Dll.
-Mari kita dirikan Shalat bersama di masjid-masjid Allah Dimanapun Berada.


Share:

Hening-Peregrinus Roland Effendi

puisi pertama yang tak baca pertama dalam suatu lomba


Langkah-langkah itu hadir….
Tersenyum membuka pintu….
Menyapa sedikit kata….
Dan akhirnya terdampar di kursi rotan….
Hening….
Sepi….
Tanpa suara….
Naluri bergejolak menyimpan sesuatu….
Ku tatap jatuhnya dahan….
Ku coba, ku cari dan ku pungut cerita….
Namun sering kali hilang di telan ilusi….
Share:

LAYANG KAGEM IBU-Megatruh Senjawan Budiyanto

Geguritan yang masih terkenang hingga saat ini....
geguritan ini aku pertama membacanya pada saat kelas 4 SD.



LAYANG KAGEM IBU

Anggitane : Megatruh Senjawan Budiyanto


Ibu
Saka lemah pangulandaran kene
Anakmu kirim layang
Nyuwon donga pangestu
Bakal methik kembang
Sesumping sotya
Bakal lungguh dhampar kencana
Linambaran babud sutra

Ibu
Kanthi dlancang seta iki
Anakmu ngantu rawuhmu
Ngasta sasuwek pangapura
Pinangka nambal kaluputan
Anakmu kang wus kasupen
Sega thiwul sambel korek ndesa
Dang dangane ibu sawengi ceput
Dhatan sare kanggo aku
Biyen kae

Ibu estu dak antu rawuhmu
Ingdina pahargyan tembe
Nyuwun uga ibu ngasta
Sega thiwul sambel sagodhang
Binungkus godhong gedhang

Anakmu kangen……………
Share:

FOTO 360 DERAJAT: Jelajahi Planet Mars

KOMPAS.COM - Foto 360 derajat saat robot Curiosity milik NASA menjelajahi Planet Mars. Ini adalah sebuah mozaik dari gambar yang rekam oleh Curiosity Navigasi Camera (Navcam) yang dipasang di robot. Ada sekitar 800 foto yang dibuat kemudian dijahit menggunakan peranti khusus sehingga menghasilkan foto panorama ini. Robot didesain, dibangun dan dirakit di Jet Propulsion Laboratory, sebuah divisi dari Institut Teknologi California di Pasadena, yang mengelola Mars Science Laboratory/Curiosity untuk NASA Science Mission Directorate di Washington. Terhitung hingga 6 Agustus 2013, robot Curiosity sudah berada di planet Mars selama setahun. Pada 6 Agutus 2012, Curiosity mendarat di Mars di area yang dinamai Kawah Gale. Tujuan utama robot adalah kaki Gunung Sharp, gunung yang berketinggian sekitar 5 km. Kini, Curiosity masih harus menempuh perjalanan jauh. Jarak yang masih harus ditempuh untuk mencapai kaki Gunung Sharp sekitar 7 km selama 9 bulan.
Panorama 360 derajat (atas) dari 817 buah foto yang direkam oleh kamera panorama (Pancam) yang dipasang di robot Opportunity milik Nasa selama musim dingin di Planet Mars. Pancam merekam komponen gambar antara misi 21 Desember 2011 dan 8 Mei 2012 di sebuah area yang dinamakan 'Greeley Haven'. Sejumlah wahana atau robot milik NASA yang mendarat di planet merah ini belum menemukan jejak metana yang bersumber dari makhluk hidup. Klik foto-foto permukaan Mars yang direkam wahana yang mengorbit di angkasa Mars maupun dari robot yang mendarat di sini

sumber kompas

Share:

Mengenal Lebih Dekat Abdullah Azzam

Mengenal Lebih Dekat Abdullah Azzam

Majalah Time] “Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT”.

[Ulama Mujahid asal Mekkah] ” Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam”.

[Azzam Publications] ” Pada dekade 1980-an, Syuhada Sheikh Abdullah Azzam mencetuskan satu kalimat yang maknanya bergaung di seluruh medan pertempuran Chechnya saat ini. Sheikh Abdullah AzzamRahmatullah ‘Alaihi menggambarkan bahwa Para Mujahid yang gugur dalam pertempuran bergabung bersama “Kafilah Para Syuhada”.

Abdullah Yusuf Azzam lahir pada tahun 1941 di Desa Asba’ah Al-Hartiyeh, Propinsi Jiniin, Tanah Suci Palestina yang diduduki Israel. Beliau dibesarkan di sebuah rumah yang bersahaja dimana Beliau dididik agama Islam, ditanamkan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya SAW, terhadap Mujahid yang berjuang di Jalan-Nya dan terhadap orang-orang yang shaleh yang mencintai kehidupan akhirat. Semasa masih kanak-kanak, Abdullah Azzam sangat menonjol di antara anak-anak lainnya. Beliau sudah mulai menyiarkan dakwah Islam semenjak masih sangat muda. Teman-teman sepergaulan mengenal Beliau sebagai seorang anak yang shaleh.
Share:

KH Ahmad Dahlan (Ketua 1912 - 1922)


Bagian I

Andai saja pada tahun 1868 tidak lahir seorang bayi bernama Muhammad Darwisy (ada literatur yang menulis nama Darwisy saja), Kampung Kauman di sebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta itu boleh dibilang tak memiliki keistimewaan lain, selain sebagai sebuah pemukiman di sekitar Masjid Besar Yogyakarta. Sejarah kemudian mencatat lain, dan Kauman pada akhirnya menjadi sebuah nama besar sebagai kampung kelahiran seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia, Kiai Haji Ahmad Dahlan: Sang Penggagas lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan 18 November 1912.
Muhammad Darwisy dilahirkan dari kedua orang tua yang dikenal sangat alim, yaitu KH. Abu Bakar (Imam Khatib Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan Nyai Abu Bakar (puteri H. Ibrahim, Hoofd Penghulu Yogyakarta). Muhammad Darwisy merupakan anak keempat dari tujuh saudara yang lima diantaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Tak ada yang menampik silsilah Muhammad Darwisy sebagai keturunan keduabelas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan terkemuka diantara Wali Songo, serta dikenal pula sebagai pelopor pertama penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991). Demikian matarantai silsilah itu: Muhammad Darwisy adalah putra K.H. Abu Bakar bin K.H. Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Jatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).
Muhammad Darwisy dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil, dan sekaligus menjadi tempatnya menimba pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun. Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah. Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwis. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi ini dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadis.
Pada usia 20 tahun (1888), ia kembali ke kampungnya, dan berganti nama Haji Ahmad Dahlan (suatu kebiasaan dari orang-orang Indonesia yang pulang haji, selalu mendapat nama baru sebagai pengganti nama kecilnya). Sepulangnya dari Makkah ini, iapun diangkat menjadi Khatib Amin di lingkungan Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1902-1904, ia menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada beberapa guru di Makkah.
Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, saudara sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Di samping itu, K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Ajengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin, Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat hati-hati dalam kehidupan sehari-harinya. Ada sebuah nasehat yang ditulisnya dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri:
“Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya. Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi Hadikusumo).

Sumber dan untuk membaca lanjutannya di : http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-156-det-kh-ahmad-dahlan.html
Share:

Hadist Ke-3 Kitab Iman Shahih Muslim

( 3 ) Diriwayatkan dari Sa'id bin Al-Musayyib r.a., dari ayahnya: Sewaktu Abu Thalib hampir wafat, Rasulullah SAW. pergi mendatanginya, ternyata di sisinya sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah. Lalu Rasulullah SAW. bersabda, "Wahai pamanku, katakanlah, La ilaha ilallah - tiada tuhan selain Allah, yaitu suatu kalimat yang dapat aku persaksikan di sisi Allah untukmu." Lalu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata, "Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama 'Abd Al-Muththalib?" Oleh kerana itu, setiap kali Rasulullah SAW. memberitahukan kalimat tauhid itu kepadanya, Abu Jahal pun mengulangi perkataannya kepada Abu Thalib hingga akhirnya Abu Thalib berkata bahwa dia tetap memeluk agama 'Abd Al-Muththalib dan tidak mau mengucapkan, 'La ilaha illallah - tiada tuhan selain Allah.' Kemudian Rasulullah SAW. bersabda, "Demi Allah, aku akan memohonkan ampun untukmu selagi aku tidak dilarang." Lalu Allah menurunkan ayat, Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni Neraka Jahanam(7). Tentang peristiwa Abu Thalib ini, Allah SWT. juga menurunkan ayat kepada Rasulullah SAW.,Sesungguhnya, kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(8) (1: 40 - S.M.)
_______________

(7) QS Al-Taubah (9): 113.

(8) QS Al-Qashash (28): 56
Share:

Serangan Monster


Dalam suatu perjalanan, aku menemukan sebuah masjid dimana, disana banyak orang sedang bersiap untuk melakukan shalat, namun entah shalat apa yang hendak didirikan, namun nampaknya shalat dhuha atau dhuhur. Ketika kami hendak mengambil wudhu, tiba-tiba datang sebuah serangan banyak peluru.
Entah siapa yang menyuruh, aku langsung berlari menuju kubah masjid untuk mengintai musuh yang melancarkan serangan peluru kearah masjid kami. Aku melihat dua teman lain juga ikut denganku menuju kubah masjid.
Ketika kami mencapai kubah masjid, kami dapat melihat, ternyata yang menyerang kami bukanlah manusia, melainkan monster-monster buaya. Awalnya aku hanya melihat buaya dengan senapan diatas punggungnya yang diarahkan ke kubah masjid kami. Ada dua buaya besar yang tak henti melakukan serangan.
Kami pun menyusun sebuah rencana. Sementara kami menyusun strategi datang rombongan tim keamanan negeri tersebut, mereka dapat menaklukan dua buaya itu namun tanpa disadari, banyak manusia diluar masjid yang tiba-tiba berubah menjadi buaya. Dan ikut bergerak menyerang, namun lagi-lagi tim keamanan dapat menangani buaya-buaya yang ada.
Tanpa saya sadari nampaknya dua teman saya juga mulai terkena pengaruh dan akan berubah menjadi monster. Menyadari kondisi tersebut, saya menuntun kawan saya membaca syahadat sebelum dia berubah menjadi monster. Dia sempat membaca syahadat dengan jelas sebelum berubah menjadi monster. Ketika dia jadi monster dia terjatuh dan meninggal.
Aku dan dua temanku turun kebawah, namun ketika tiba dibawah temanku mulai berubah menjadi monster. Sayang kali ini saya agak telat menuntunya membaca syahadat. Namun teman yang satu ini berbeda, dia bukan berubah menjadi monster, tapi jadi monyet. Meskipun agak telat, aku mencoba menuntunnya membaca syahadat. Namun syahadatnya kurang terdengar dengan jelas meski dia tampak berusaha membacanya.
Dengan ini aku ragu dengan apakah syahadat yang ia baca dapat menyelamatkannya atau tidak, karena syahadatnya samar-samar. Kemudian tampaknya dia belum merasa barubah menjadi monyet maka dia mengikutiku ke tempat wudhu. Dan ada sebuah cermin, dia aku suruh menghadap cermin, dan ia kaget dengan kondisi tubuhnya yang telah berubah menadi monyet, selanjutnya entah dia kemana.
Aku kemudian masuk masjid. Tampak masjid agak berantakan, namun orang yang berada didalamnya selamat, dan aku mulai mengerjakan shalat.

WALLAHU A’LAM, entah apa arti mimpi ini. 
Share:

Kumpulan Artikel tentang Usia Umat Islam

Umat Islam Tinggal Satu Generasi

kiamat-1Berdasarkan beberapa hadits shahih disebutkan, umur ummat Muhammad 1500 tahun. Sementara sekarang sudah tahun 1434 H. Dimana kita tahu, 1 H ditandai dengan hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah yang terjadi pada tahun ke-13 masa kenabian Muhammad SAW.
Itu berarti 1434 H + 13 tahun kenabian di Mekkah = 1447 tahun. Dengan demikian, sisa masa Umat Islam = 1500 – 1447 =  53 tahun lagiwhich is tinggal satu generasi lagi!!
Dari mana angka ini didapat?
Bahasan detil tentang umur umat Muhammad ini ada dalam buku yang ditulis ulama Timur Tengah, Ust Amin Muhammad Jamaluddin. Beliau mengutip hadits riwayat Al Bukhari yang artinya:
Perumpamaan kaum Muslimin dan Yahudi serta Nasrani, seperti perumpamaan seorang yang mengupah satu kaum (Yahudi) untuk melakukan sebuah pekerjaan sampai malam hari, namun mereka melakukannya hanya sampai tengah hari. Lalu mereka pun berkata, “Kami tidak membutuhkan upah yang engkau janjikan pada kami, dan apa yang telah kami kerjakan, semuanya bagi-mu”. Ia pun berkata, “Jangan kalian lakukan hal itu, sempurnakanlah sisa waktu pekerjaan kalian dan ambillah upah kalian dengan sempurna”.
Mereka (Yahudi) pun menolak dan meninggalkan orang itu. Maka orang itu mengupah beberapa orang (Nasrani) selain mereka (Yahudi), ia berkata: “Kerjakanlah sisa hari kalian dan bagi kalian upah yang telah aku janjikan untuk mereka (Yahudi)”. Sehingga ketika tiba waktu sholat Ashar, mereka (Nasrani) berkata, “Ambillah apa yang telah kami kerjakan untukmu dan juga upah yang engkau sediakan untuk kami.” Orang itu berkata, “Sesungguhnya sisa waktu siang tinggal sedikit.” Mereka (Nasrani) tetap menolak, sehingga orang itu mengupah satu kaum yang lain (Muslimin) untuk melanjutkan pekerjaan sehingga selesai sisa hari mereka (Nasrani).
Maka kaum itu (Muslimin) pun bekerja pada sisa hari mereka (Nasrani), yaitu sehingga terbenamnya matahari dan mereka pun mendapat upah yang sempurna yang dijanjikan kepada dua kelompok sebelumnya.
Seperti itulah perumpamaan mereka (Yahudi dan Nasrani) dan perumpamaan apa yang kalian (Muslimin) terima pada cahaya (hidayah) ini.
(HR Al Bukhari. Lihat Fathul-Kabir juz V hlm. 202 no: 5728).
Nah, penjelasan hadits ini menurut Al Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani: “Para Ahli Naql telah sepakat bahwa masa (umur) bangsa Yahudi–sejak diutusnya Musa as–sampai diutusnya Muhammad saw adalah lebih dari 2000 tahun. Dan umur Nasrani dari jumlah itu sebanyak 600 tahun. Satu pendapat mengatakan lebih sedikit dari itu” (Fathul-Barri juz IV hlm. 449)
Ini artinya, umur Yahudi ialah 2000 tahun lebih – 600 = 1400 tahun lebih. Ust Amin Muhammad Jamaluddin mengatakan, menurut para ahli sejarah, “lebih” yang dimaksud adalah seratus tahun lebih sedikit, sehingga umur umat Yahudi adalah kurang lebih 1500 tahun.
Nah, masa 600 tahun untuk umur Nasrani itu berdasarkan HR Al Bukhari dari Salman, “Masa fatrah (kevakuman) antara Isa as dan Muhammad saw adalah 600 tahun.”.
Adapun ‘tambahan’ umur untuk umat Muhammad terdapat dalam hadits berikut:
Sesungguhnya Allah tidak akan melemahkanku, yaitu pada umatku, jika Ia mengulur (umur) mereka setengah hari, yaitu 500 tahun.” (HR Abu Nu’aim dalam Al Hilyah. LIhat Fathul Kabir juz II hlm. 126 No: 1807)
Jadi, umur umat Muhammad saw = umur umat Yahudi – umur umat Nasrani = 1500 (lebih sedikit) – 600 = 900 tahun lebih sedikit ditambah 500 tahun = 1400 tahun lebih sedikit.
Nah, “lebih sedikit” ini, menurut para ahli sejarah, sekitar 100 tahun. Maka dapat disimpulkan, umur ummat Islam adalah sekitar 1500 tahun.
Saya sempat menanyakan perhihal ini dengan seorang ustadz yang saya kenal. Awalnya beliau mengatakan belum pernah mendengar hadits ini. Namun malam harinya, ketika beliau membuka Kitab Fathul Barri, beliau mendapati hadits-hadits tentang umur umat Muhammad seperti yang saya tanyakan. Akhirnya beliau pun mengiyakan saya. Bahkan bahasan ini menjadi topik ceramah beliau selama beberapa pekan.
Well, saya bukan ahli sejarah, tafsir, maupun hadits. Saya juga tidak memaksa pembaca untuk meyakini tulisan saya. Namun sebagai seorang muslim, saya berharap tafsiran hadits di atas menjadi motivasi kita untuk menjadi lebih baik dan lebih bertakwa.
Apalagi melihat tanda-tanda yang bertebaran di muka bumi ini yang menjadi penanda makin dekatnya kiamat, semoga membuat kita semakin membenahi visi misi kita hidup di dunia ini.
Bahkan beberapa waktu lalu saya sempat berdiskusi dengan suami soal ini, hingga tercetus kata-kata, “Jika benar usia umat Islam tinggal satu generasi lagi, berarti perang akhir zaman akan terjadi pada generasi Kai (anak kami). Mungkin sebaiknya ia kita persiapkan untuk kelak berjihad bersama Imam Mahdi dan Nabi Isa as.” Wallahua’lam bisahawab.

Sumber :http://mbakje.wordpress.com

Saran saya sebagai pembanding silakan baca juga di
1. http://www.eramuslim.com/hadits/benarkah-usia-umat-islam-hanya-1500-tahun.htm#.Uc6HtPmGGSo
2. http://rindusyurgaku.wordpress.com/tag/1500-tahun/
3. http://www.ivanaris.com/2011/02/perhitungan-umur-umat-islam-menurut.html
Share:

Karena Pakaian

saya terkadang ditanya yang aneh-aneh gara-gara pakaian saya.
pas saya pake celana cingkrang, ada yang tanya "mas, kamu salafi atau jamaah tabligh ya?"
pas pake sarung, ada yang koment, "subhanalloh, kiai NUnya udah dateng."
yah kalo cuma di kira golongan-golongan itu sih santai,

tapi ada juga yang abis ngamatin dengan teliti, terus komennya nyleneh,
"mas, jenengan rombongan teroris ya?",
terus aku meh jawab opo,
jawab "iya pak" ntar malah di gebukin sama warga,
jawab "bukan", malah di komentari "sok alim banget e mas," atau "khitanan belum sembuh ya, kog pake sarung mulu,"
dan komentar komentar lainnya,,

kalo pake yang gak sesuai sunnah, "mas, kok mas gak konsisten sih,, kadang pake yang cingkrang, kadang kepanjangan."

Islam sudah terkotak-kotak sama pakaian kayaknya..
semoga pembaca dapat bertemu dengan islam yang benar yang tidak merupakan bagian dari golongan-golongan.
Share:

Pesona Kedung Turuk Melati

klik di POTENSI WISATA DI DUSUN MELATI,KELORAN,SELOGIRI,WONOGIRI: Kedung Turuk (Kelamin Wanita ) untuk penjelasan lebih lanjut: Kedung turuk mungkin di denger dari katanya aja (Saru ) atau jorok...tapi memang gerojokan itu namanya memang begitu dan ini sudah dinamai ...

Awalnya sih, mau jalan- jalan ke wilayah jendi dan keloran untuk melihat penambangan emas di sana, tapi karena tidak tahu jalan dan akhirnya nyasar ke tempat ini.
disini ada 7 air terjun dan lumayan menantang untuk tracking.

ini adalah bekas aliran magma

ini foto kedung turuk yang posisinya  berada pada air terjun ke 4


Share:

Muara Bengawan Solo Purba


Arah Aliran Bengawan Solo Purba ke Selatan Pulau Jawa, Sebelum sebelah selatan pulau jawa terangkat.
diatas adalah bekas alirannya.

Dalam kotak adalah muara bengawan Solo Purba yang di potret dari atas dengan zoom di bawah ini.


Share:

Derita Mereka

Sudah lama saya menjadi aktivis di dunia anak,
Begitu banyak permasalahan yang mereka hadapi,
Dari mulai saat mereka lahir, kemudian ditinggal orang tuanya,
Masalah pendidikan, bukan hanya karena tidak mampu menanggung biaya sekolah,
tapi juga karena budaya masyarakat yang belum paham akan pentingnya ilmu,

belum lagi masalah pernikahan dini,
bagi saya bukan masalah pernikahan dininya, tapi proses menjadi pernikahan dini itu,
banyak yang menikah pada usia dini  bukan kerana keinginannya,
ada yang dipaksa orangtuanya, ada yang demi sekolahnya,
ada pula yang karena hamil diluar Nikah, untuk menutupi aib, mereka menikah terburu-buru.

padahal masih banyak yang harus di pertimbangkan,
belum lagi masalah perceraian yang sering di adukan kepada saya, padahal,
belum genap satu tahun umur pernikahan,
tapi gugatan cerai telah datang

Hampir dua semester hidupku di kota pelajar,
ada hal yang mulai menarik perhatianku,
yang awalnya mengamati masalah anak, dan masih mengamatinya,
tapi ada hal baru yang membuatku bertanya,
"Dimana Anaknya?"

ketika berjalan di tepian jalanan kota,
melihat aktivitas kendaraan berlalu lalang,
disela sela itu, tampak seorang kakek berjalan,
menengadahkan tangan, meminta sekeping receh,
untuk menghidupi badannya yang kering dan kurus,

Sejenak terfikir, dimana anak kakek tua ini?
betapa keji jika seorang anak membiarkan orangtuanya mencari penghidupan seperti ini,
betapa terkutuk seorang anak yang tidak merawat orangtuanya,
dimana ia seharusnya telah beristirahat, dan merasakan nikmatnya dirawat anak.

Ya Rabb, Ya Ilah, Semoga aku bukan orang yang menelantarkan orang tuaku.
Ampuni hamba, kedua orangtua hamba, saudara hamba,
sayangilah orangtua hamba sebagaimana ia menyayangiku masa kecil dulu.
kuatkan pundak ini agar mampu membahagiakannya,
dan selalu, beri kami petunjuk.
Share:

Tauhid : Rububiyah, Uluhiyah, Mulkiyah

Tauhid : Rububiyah, Uluhiyah, Mulkiyah


Tauhid Rububiyah : Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Allah menciptakan segala sesuatu ..." [Az-Zumar: 62]

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, ..." [Hud : 6]

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." [Ali Imran: 26-27]

Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya. Sebagaimana Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah ..." [Luqman: 11]

"Artinya : Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rizki jika Allah menahan rizkiNya?" [Al-Mulk: 21]

Allah menyatakan pula tentang keesaanNya dalam rububiyah-Nya atas segala alam semesta. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." [Al-Fatihah: 2]

"Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam." [Al-A'raf: 54]

Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musyrik yang menye-kutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyah-Nya.

Artinya : Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?"
[Al-Mu'minun: 86-89]

Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:
"Artinya : Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?" [Ibrahim: 10]

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir'aun. Namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa alaihis salam kepadanya:
"Artinya : Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa". [Al-Isra': 102]

Ia juga menceritakan tentang Fir'aun dan kaumnya:
"Artinya : Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya." [An-Naml: 14]

Tauhid Uluhiyah : Yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma'bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali Allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untukNya dan karenaNya semata.

Jadi, tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah . Karena itu seringkali Allah membantah orang yang mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang mereka akui dan yakini. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."
[Al-Baqarah : 21-22]

Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu menyembahNya dan beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi rizki bagi para hamba. Maka sangat tidak pantas bagi mereka jika menyekutukan Allah dengan yang lainNya; dari benda-benda atau pun orang-orang yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya.

Maka jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah adalah berdasarkan tauhid rububiyah. Karena manusia pertama kalinya sangat bergantung kepada asal kejadiannya, sumber kemanfaatan dan kemadharatannya. Setelah itu berpindah kepada cara-cara ber-taqarrub kepadaNya, cara-cara yang bisa membuat ridhaNya dan yang menguatkan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya. Maka tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah. Karena itu Allah ber-hujjah atas orang-orang musyrik dengan cara ini. Dia juga memerintahkan RasulNya untuk ber-hujjah atas mereka seperti itu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Katakanlah: 'Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tanganNya berada keku-asaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu mengeta-hui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" [Al-Mu'minun : 84-89]

"Artinya : (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; ..." [Al-An'am : 102]

Dia berdalil dengan tauhid rububiyah-Nya atas hakNya untuk disembah. Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi tujuan dari pencipta-an manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." [Adz-Dzariyat : 56]

Arti " Ya'buduun " adalah mentauhidkanKu dalam ibadah. Seorang hamba tidaklah menjadi muwahhid hanya dengan mengakui tauhid rububiyah semata, tetapi ia harus mengakui tauhid uluhiyah serta mengamalkannya. Kalau tidak, maka sesungguhnya orang musyrik pun mengakui tauhid rububiyah, tetapi hal ini tidak membuat mereka masuk dalam Islam, bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerangi mereka. Padahal mereka mengakui bahwa Allah-lah Sang Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: 'Allah', ..." [Az-Zukhruf : 87]
"Artinya : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?', niscaya mereka akan menjawab: 'Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Ma-ha Mengetahui'." [Az-Zukhruf : 9]

"Artinya : Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab: "Allah". [Yunus : 31]

Hal semacam ini banyak sekali dikemukakan dalam Al-Qur'an. Maka barangsiapa mengira bahwa tauhid itu hanya meyakini wujud Allah, atau meyakini bahwa Allah adalah Al-Khaliq yang mengatur alam, maka sesungguhnya orang tersebut belumlah mengetahui hakikat tauhid yang dibawa oleh para rasul. Karena sesungguhnya ia hanya mengakui sesuatu yang diharuskan, dan meninggalkan sesuatu yang mengharuskan; atau berhenti hanya sampai pada dalil tetapi ia meninggalkan isi dan inti dari dalil tersebut.

Di antara kekhususan ilahiyah adalah kesempurnaanNya yang mutlak dalam segala segi, tidak ada cela atau kekurangan sedikit pun. Ini mengharuskan semua ibadah mesti tertuju kepadaNya; pengagungan, penghormatan, rasa takut, do'a, pengharapan, taubat, tawakkal, minta pertolongan dan penghambaan dengan rasa cinta yang paling dalam, semua itu wajib secara akal, syara' dan fitrah agar ditujukan khusus kepada Allah semata. Juga secara akal, syara' dan fitrah, tidak mungkin hal itu boleh ditujukan kepada selainNya.

Tauhid Mulkiyah : Yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini. Dialah Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita. Hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya perintah dari Allah saja menjadi junjungan kita.

Katakanlah (wahai Muhammad) : “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan, Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina siapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
[Ali Imran : 26]

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" [Al Maidah : 50]

Tauhid Mulkiyah menuntuk adanya ke-wala-an secara totalitas kepada Allah, Rasul dan Amirul Mukmin (selama tidak bermaksiat kepada Allah SWT)

Pemimpin (wali)
Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan iaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.

"Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an, dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan." [Al A'raaf : 50]

Pembuat Hukum
Hakiman atau pembuat hukum juga adalah sebahagian dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti diikhtiraf oleh manusia dan tunduk hanya kepada hukum-hukum yang telah diturunkan olehNya saja karena hak mencipta hukum itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata.

"Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Yusuf : 50]

Pemerintah
pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam." [Al A'raaf : 50]

Iqraku
Share: