Mari kita ambil contoh, aqidah mu'tazilah, mereka bersemangat memurnikan aqidah dengan menghindarkan Allah dari persifatan makhluq, sehingga setiap ada ayat yang berpotensi menyamakan Allah dengan makhluq akan ditakwil. Di posisi inilah kesesatan mulai muncul, sehingga mereka menakwil ayat-ayat yang menunjukan Allah bisa mendengar, bisa melihat, bisa berkata (Sama', Bashar, Kalam). Mereka berfikir bahwa jika Allah melihat berarti Allah punya mata, begitu juga dengan pendengaran dan penglihatan. Jika Allah memiliki mata, telinga dan mulut, berarti Allah tersusun oleh bagian-bagian tubuhNya. Jika demikian Allah bukanlah dzat yang Esa karena tersusun oleh bagian-bagian. Sehingga mu'tazilah mengingkari sifat Sama' Bashar, Kalam dan akan selalu menakwil ayat-ayat yang berkaitan dengan Sama' Bashar Kalam ataupun ayat yang berkaitan dengan ain, yad, wajh, maupun istiwa'. Mereka menakwil inipun juga karena adanya kekhawatiran terhadap umat dari penjasadan Allah, maksudnya mereka ingin agar umat tidak sampai menggambarkan Allah secara jasadi dan akhirnya bisa berujung membuat patung Allah.
Sekilas aqidah mu'tazilah ini benar karena ingin memurnikan aqidah pensifatan Allah dari penggambaran jasadiyah Allah. Namun penolakan mereka terhadap sifat Sama' Bashor Kalam juga mengandung arti bahwa Allah Buta, Allah Bisu, Allah Tuli. Sehingga pada tahap ini, pantaslah jika mereka disebut sesat.
Maha Suci Allah dari pensifatan yang salah dan sesat
Subhanaka, Allahumma, Wabihamdika, Asyhadu n la ilaha illa anta, Astaghfiruka wa Ataubu ilaik.
Maha Suci Allah dari pensifatan yang salah dan sesat
Subhanaka, Allahumma, Wabihamdika, Asyhadu n la ilaha illa anta, Astaghfiruka wa Ataubu ilaik.
0 komentar:
Posting Komentar