Soleboh | Masa Istikharah Nasional, Menuju Wijiling Ratu Sinisihan Wahyu

Masa pemanasan dan lobimelobi telah berlalu, adapun pasca pemanasan dan sebelum mencapai panas klimax pada 2019 merupakan masa Istikharah Nasional. Dan masa Istikharah Nasional ini adalah masa kita dimana meminta petunjuk pada Pakar Makar, Khairul Makirin, untuk mendapatkan strategi makar terbaik, untuk mendapakan sosok pemimpin sempurna, dalam dimensi ruang dan waktu, setidaknya untuk ruang Indonesia dan waktu minimal 2019 - 2024, meski sebenarnya imbasnya akan melebihi dimensi ruang waktu minimal ini.

Sebagai masyarakat Jawa tidak sepantasnya kita meninggalkan Khilafah ala Jawi, yang mana pemimpin bagi masyarakat Jawa haruslah Ratu yang muncul karena Sinisihan Wahyu, dan sudah khatam menjadi pribadi yang Sinatria Piningit. Musabab turunnya Wahyu Kepemimpinan, yakni Wahyu Cakraningrat, sepenuhnya dalam Makar Allah. Namun ada kelonggaran fasilitas dimana manusia Jawa dapat bertanya kepada Allah, siapa pemilik Wahyu Cakraningrat yang baik untuk Tanah Air, Pemerintahan, Negara dan Bangsa. Fasilitas itu bernama Istikharah, dan istikharah menjadi relevan bagi Para Pemilih periode 2018-2019, karena negara ini menggunakan sistem demokrasi dimana yang menjadi Ratu adalah yang mendapat suara terbanyak. Lantas akan bijaksana jika dalam pemilihan nanti Pemilik Suara menggunakan hak pilihnya dalam satu-kesatuan, MANUNGGAL karsaning KAWULA kelawan makaring GUSTI, bersatunya usaha manusia dan makarnya Allah yang dideteksi dengan Radar Istikharah.

Soleboh bukanlah sosok yang tegaan terhadap nasib Tanah Airnya ini di masa sekarang, sehingga setelah saya nanti mengirim surat padanya di masa lalu, mungkin ia akan segera Kula Nuwun kepada Allah agar diizinkan masuk ke dalam manusia Indonesia masa kini untuk bergegas memulai Masa Istikharah Nasional ini.
Share:

Kasih sayang Allah itu tidak terkira,

Kasih sayang Allah itu tidak terkira,
Tak terkira banyaknya dan tak terkira wujudnya.
Ada banyak wujud sayang Allah pada manusia
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang baik pun adalah bentuk kasih sayangNya. Lalu Allah menjamin kelangsungan hidupnya, menjamin rizkinya, dan Allah menjamin akan kembalinya ia kepada dzat yang maha Awal.
Adapun wujud yang lain adalah perintah untuk beribadah kepadaNya. Memerintahkan manusia untuk bersyukur atas kasih sayang itu. Lalu Allah menambah kasih sayangNya kepada yang mau bersyukur.
Dan bahkan ada bentuk yang terkadang diluar nalar manusia, Ketika Allah begitu menyayangi manusia, dan Allah memberikan kemudahan kepada manusia itu untuk tidak beribadah Mahdhah lagi. Allah mengangkat nalar manusia, agar ia tiada beban lagi dalam hidupnya, dan ia menjalani ibadahnya tanpa nalar.
Wallahu a'lam bi Shawab
Share:

Bukan Salah Khilafah

Khilafah adalah taqdir yang Allah pilih dan takdirkan,
lalu atas alasan apa harus menolak khilafah?
karena kampanye khilafah yang sembrono sehingga image atas khilafah menjadi keruh,
lalu khilafah disamakan dengan partai pengusung khilafah ini,
lalu partai lain yang taat akan tugas ke-khalifah-an yang tidak berkoalisi dengan partai khilafah ini adalah musuh,
adalah kafir, harus dibinasakan? sependek itukah kampanye khilafah yang kita tahu.
Khilafah adalah alat yang tidak lantas alat ini disalahkan karena si pengguna yang teledor.
hanya pemahaman kita yang belum sampai pada khilafah itu sehingga harus mengikut thaghut yang mentalbis.
dan mungkin pemahaman itu akan sampai pada ajal momentum yang yang memuat ruang, waktu dan rasa.
sehingga pada dimensi ini telah terlambat masa untuk beriman, berhijrah, dan berjihad.
Namun demikian, ampunan Allah itu terlalu luas untuk samudra kesalahan dan gunung-gunung dosa.
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابُوا مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوا إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Tadabbur Daur-II 282
Share:

Belajar Memiliki Kehilangan

Sebatas untuk belajar dan sebatas menyiapkan hati dan diri untuk kehilangan dan tidak merasa kehilangan karena kesadaran bahwa yang sejati itu hanya milikNya
Bahkan akupun tiada, aku adalah wujud dari nol
Aku tiada sebagai tanda adaNya
Dan Dialah yang satu dan tiada yang lain.
MilikNyalah apa yang ada di antara langit dan bumi dan yang ada di alam semesta
لا إله إلا الله محمد رسول الله
قُـُلْ هُـوَاللهُ اَحَـدٌ | اَللهُ الصَّمَدُ | لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَه كُفُوًا اَحَدٌ
Share:

Prahara Ngastinapura

Duryudana wus kuru anane
Mikir kahanan negarane
Kang ora dingerteni masalah negarane
Ajur ngguyokake perkarane
Weruhe mung mesem wae
Jebul Patih Sengkuni kang dadi perkarane
Mangan aspal beton tekan KTP
Keng Prabu ora ngerti sanyatane
Mula keng Prabu kuru anane
Ora ono bagean kang dadi panganane
Pandhita Durna ngeplokne tangane
Sambi ngilangake slilite
Slilit kang Semilyar gedhene
Guru Bisma mung nangis dadine
Wadul marang Gusti Hyang Ngakaryo Jagade
Banjur Hyang Wasa paring wanine marang prejurite
Rupa Cecak kang alit dayane
Patih Sengkuni kaget manahe
Banjur golek tameng ngamanke awake
Tameng Baya kang ditemu aneng Comberane Chandradimuka
Banjur para warta mawarta
Kadya dene cecek lan baya dho cidera
Banjur pada udur para warga
Adu jago rupa cecek lan baya
Kayangene kahanan Ngastinapura
Nalika Keris wus ilang pamore
Keris dadi Pedange
Banjur Pedang dadi Pacule
Ora trap kelawan samestine
Lan Gusti wus disingkirake saka kiblat aturane
Gusti mutung den culake
Datan mosik negarane
Kajaba rakyat kang dadi sebabe
Share:

Soleboh | Khitthah Remah Sejarah

"Ketika remah rempah sejarah tidak diracik sesuai dengan pemilik racikan itu, maka yang terjadi adalah peracikan rempah sesuai dengan lidah pembeli. Untuk menjaga racikan ini tetap sesuai dengan khiththah awal rempah ini dibuat, maka perlu dalil shahih. Masalahnya rempah makanan Nuswantoro ini sangat sulit untuk dicari keasliannya, bahkan peracik pertamanya pun membuatnya ambigu." Soleboh menceritakan alasannya mencari resep rempah sejarah.
"Apalagi setiap yang baru juga memperoleh proses kreatif dari pembaharu, lalu setiap masakan itu langsung disuguhkan kepada khalayak tanpa berfikir panjang tingkat kematangan makanan ini sendiri." Tukas Pak Bei.
"Saya juga pernah berdebat dengan Nyai hanya mengenai resep Rujak, ada yang bilang rujak itu dipotong kecil-kecil pakai sambel bumbu kacang, ada yang bilang rujak itu di"sawut", bahkan ditempat saya rujak itu lobok dan sayurannya di tumbuk bareng singkong, kan sudah sangat berbeda itu, padahal sama-sama rujaknya."
"Apalagi masakan Nuswantoro ini, yang jauh lebih besar dan setiap elemen di dalamnya juga berusaha melakukan kreatifitas, bahkan kacangnya mengaku kalau yang rujak itu ya dia, bukan lomboknya, si lombok juga bersikeras bahwa dia rujaknya, jadi elemen dalam rujaknya juga silang sengkarut."
"Yang terjadi akhir-akhir ini ada yang mengaku keturunan Adipati Sapta yang ingin menggunakan lemper dan ulegnya untuk dijual, tapi Cucu dari Adipati Hasta tidak terima, beliau membela wong cilik yang makannya pakai sambel. Mungkin karena keturunan ningrat sehingga yang mengaku itu sudah tidak makan sambel di lemper lagi, tapi kan sik lungguhe nang dhingklik masih makan pakai lemper atau cobek itu."
"Oleh sebab itu jangan terburu-buru mempercayai yang mengaku-ngaku itu, kita harus tahu benar racikan aslinya bagaimana, lalu kita juga harus tahu bagaimana transformasi sampai muncul ragamnya itu bagaimana agar kita tetap bisa bersatu dan bisa memahami sejarah serta memasadepankan masa lalu. Harus kita eksplorasi dengan secara menyeluruh informasi-informasi dan dalil-dalil shahih yang ada dan kita ledakan dalam bentuk pembaharuan yang tetap berjalan pada khiththahnya"
Share:

Soleboh | Berpisah Dengan Kiai Sahid

Sembari kami berjalan menuju barat, Soleboh berkisah kepadaku mengenai perpisahannya dengan Kiai Sahid. Semenjak Kiai Sahid berpamitan dengannya, ia sudah merasakan kesedihan, apalagi saat ini setelah kepergiannya. Hatinya sesak, dan selalu termimpi olehnya wajah Kiai Sahid yang mengajarinya ilmu-ilmu agama.
Kemudian aku berfikir akan diriku sendiri. Apakah aku memiliki rasa kehilangan itu? Apakah aku memiliki rasa kesedihan itu, atau mungkinkah aku memiliki rasa senang? Aku pikir tidak. Tapi kusadari ada lubang-lubang ini dalam hati yang tersadari oleh kegundahan dan kegalauan hati sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan itu.
Berbeda lagi dengan Pak Bei, beliau sudah menghilangkan rasa dalam dirinya. Setiap kali ada rasa yang muncul, beliau buang rasa itu melalui tulisan karyanya, syair-syairnya. Beliau tak lagi menginginkan rasa, tak lagi menginginkan dunia, hidupnya hanyalah sebatas perjalanan yang tiada arah kecuali terhadap apa yang dihadapinya tanpa rencana nafsunya. Beliau pasrahkan rencananya dalam shalat hajatnya.
Dan Soleboh merasa terhina dalam hati, bagaimana hilangnya ghirah hajatnya yang dulu senantiasa ia lakukan dalam perjalanan. Kesedihannya ternyata membawanya kepada kealpaan.
Share:

Soleboh | 2018-2019 atau Abad 15

Perjalananku dan Soleboh sempat terhenti karena Kiai Sahid tidak lagi berjalan bersama kami. Beliau berjalan di jalan lain di depan kami sehingga kebuntuan melanda kami untuk melanjutkan perjalanan mencari UBO RAMPE BUMBU RACIK REMPAH REMAH SEJARAH. Dan kami berdiskusi sejenak hingga memutuskan untuk berpisah untuk sementara waktu. Aku kembali ke masaku, masa melenial, sedangkan Soleboh kembali ke masanya, masa berkembangnya Islam di Tanah Jawa.
Setelah enam bulan masa istirahat kami, Soleboh lalu menjemputku ke tahun 2017.
"Su, sudah saatnya kita kembali melanjutkan perjalanan kita." Ucap Soleboh
Dengan ragu ku jawab, "Apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu Boh?"
"Aku sudah bertanya kepada Gusti Allah, dan inilah saatnya."
"Apakah aku harus melewatkan musim panas di Indonesia dua tahun mendatang."
"Nanti di perjalanan kita akan tahu jawabanya."
Kami pun melanjutkan perjalanan kami. Di tepi Kademangan kami bertemu dengan Pak Bei yang telah menghabiskan banyak waktunya untuk bertapa. Hanya saja thariqah dan syariat bertapa yang digunakan Pak Bei dengan Soleboh ku lihat berbeda. Soleboh dengan Laku Tapa Brata dan Mbah Bei dengan Tapa Ngrame, menuliskan Syair, dan menyampaikannya petuahnya kepada khalayak.
Share:

Bagaimana Hendak Berkasih

Bagaimana hendak berkasih
Jika tiada ku mengenalmu
Maka semakin ku mengenalmu
Semakin tak ku temukan cela padamu
Semakin ku tahu luhur budimu
Dan semakin ku rindu wajahmu
Bagaimana hendak berkasih
Jika tiada waktu kita bertemu
Tiada ruang kita bersua
Dalam lintas ruang waktu yang terbatas
Hanya dalam kesunyian rindu
kupertemukan hatiku dan hatimu
Bagaimana hendak berkasih
Jika tiada hal penyama diantara kita
Adalah diriku yang lemah yang berusaha
Berjalan pelan dengan toya ku genggam
Untuk mengikuti jejakmu
Untuk kutemukan dirimu
Bagaimana hendak berkasih
Bagaimana ku tunjukkan rinduku
Hanya berulang ku panggil namamu
Dalam nada rindu sayang dan sendu
Dan harap kan tumbuhnya cinta padamu
Yang berpuncak pada hadirnya dirimu dalam hidupku
Dan perjumpaan dalam keabadian kelak
Allahumma Shalli 'ala Habibina Muhammadin Sayyidil Anbiya' wal Mursalin
Share:

Wahai Cahaya

Wahai Cahaya,
Aku dan dirimu terhalang oleh ruang waktu
Namun cinta ini tak akan pudar oleh batas
Oleh cinta yang berdasar pada rindu
Yang akan terobati dalam waktu ruang
Wahai Cahaya,
Bahkan aku tak bisa menggapaimu, tak bisa menatapmu
Namun hatiku masih mampu melihat seberkas
Pantulan keagunganmu dalam ruang waktu
Wahai Cahaya,
Aku masih mencari dan aku masih menanti
Untuk mendapatkan balasan cinta ini
Meski kan ku temui di akhir nanti
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Share:

Soleboh | Sisi Kana VS Sisi Mriki

Kadipaten Nuswantoro sekali lagi bertambah usianya, namun demikian arah-arah halauannya tetap sama sejak Adipati yang pertama hingga sekarang. Yaitu Kadipaten yang mengadopsi beragam budaya. Namun demikian untuk arah politik dan ideologi, Kadipaten ini selalu berolah-alih sesuai dengan sifat dan pergaulan Sang Adipati.
Ada kalanya Sang Adipati dekat dengan Keraton Kana, maka Kadipaten Nuswantoro berpola menjadi Kadipaten Kene sebagaimana dilakukan oleh Adipati Pertama, Ketiga dan Kelima. Sedangkan Adipati Kedua, dan Keempat, mereka bergaul dengan Keraton Mrika sehingga polanya menjadi Kadipaten Mriki.
Share:

Pangkur Susuci Bubuka

Punika dinten riyaya
Ngidul Pitri riyadining muslimin
Bali suci tegesipun
Ugi wangsul bubukan
Wonten ing bagyan pundi kita kalebu
Ingkang susuci lan takwa
Atawi ingkang rurugi
Iptar Pitri iku buka
Ateges karugen tumraping janmi
Pasane datan tuhu
Namung cegah ing tedha
Boten tambah iman lan ngamal salihnya
Ingkang munggah maring takwa
Iku langkung manpangati
(Ini tentang hari raya) 8a
(Iedul Fithri hari rayanya muslimin) 11i
(Balik suci yang dimaksud) 8u
(Juga kembali buka) 7a
(Pada bagian mana kita termasuk) 12u
(Yang balik suci dan takwa) 8a
(Ataukah yang merugi) 8i
(Fithri yang berarti buka) 8a
(Maka kerugian yang dialami) 11i
(Puasanya tidak tulus) 8u
(Hanya merasa lapar) 7a
(Tidak tambah iman dan amal salihnya) 12u
(Sedangkan yang tambah taqwa) 8a
(Itu bermanfaat lebih) 8i
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ
Semoga hari raya ini bukan sebatas hari raya berbuka saja melainkan juga hari raya kembali suci. Amin
Share:

Soleboh | Olah-Interpretasi

Segala jenis rempah remah sejarah bisa dikumpulkan.
Namun dalam pengolahannya diperlukan pemikiran yang mendalam dan berwawasan kedepan.
Apakah sejarah ini mau diolah dengan cara di-Blend-er atau mau diolah dengan cara di-rujak.
Dengan pertimbangan dan dasar ilmu yang mumpuni, maka sebuah racikan akan menjadi sesuai dengan selera pembeli.
Namun juga misi penyajian sejarah tidak bisa serta merta berdasar lidah pembeli saja, namun pula aspek kebenaran fakta itu sendiri.
Berbeda penyajian akan berbeda interpretasi,
Dan interpretasi bisa diarahkan untuk meruntuhkan atau membangun.
Sungguh Allah Telah Membuat Skenario dengan Detil dan Teliti. Allah Mahatahu.
Wamakaru wamakaraLlah, WaLlahu Khairul Makirin, WaLlahu a'lam
Share:

Sarihudin

Ya Allah, engkau telah memanggil sahabat perjuangan kami. Sahabat kami dalam memperjuangkan hak-hak anak di Wonogiri. Sahabat kami berfikir, berdiskusi mengenai kasus-kasus terhadap anak maupun kekerasan terhadap wanita.
Sahabat kami seorang peracik minuman kopi, yang mempunyai banyak cita-cita. bahkan salah satu cita-citanya adalah meramu kopi dari Wonogiri.
Dia juga sahabat kami sebagai pecinta Museum dan Pramuka. Amal Bhakti yang tak terkira telah ia tunjukkan. Semoga Allah Mengampunimu dan Menyayangimu Sahabat.
Share:

Pangkur (Laras Pelog Pathet Nem)

Latihan menulis macapat dikesempitan waktu.
Pangkur (Laras Pelog Pathet Nem)
Kacarita duk semana | Tercerita dulu kala
Sinuwun prabu hangatur nagari |Sinuwun prabu mengatur nagari
Ayom ayem tentrem makmur | Ayom ayem tentrem makmur
Kinurmatan ing manca | Dihormati leh manca
Datan ana crah padudon ing sesuku | Tidak ada perpecahan antar suku
Datan ana cacadira | Dia tidak ada cacat
Ginanjar berkahing Gusti | Mendapat berkahnya Gusti
Sang prabu susahing manah | Namun Sang raja gelisah
Datan ana kang mranani penggalih | Karna tiada masalah yang difikir
Sumelang hanganteb kalbu | Khawatir melanda kalbu
Tumekeng akir cita | Tidak ada cita-cita
Tan gegagas gagayuhan kang pinuju | Tidak memikirkan cita yang dituju
Lelakon sakarep Allah | Berjalan sekehendak-Nya
Nganti mati sukur Gusti | Bersyukur sampai mati.
Share:

Tinggalkan Daku Sendiri | di | Ruang Rindu

Bukanlah rindu yang hadir dari rasa cinta.
Bukan cinta yang muncul diantara dua jiwa lalu terpisahkan oleh jarak sedemikian sehingga muncul rasa rindu.
Apalagi cinta pada seseorang yang kau harapkan sapa cintanya kepadamu sehingga benci hadir ketika sapa cinta yang kau harap tak hadir kedalam dirimu.
Bukankah kau mengharap pengembalian cinta itu adalah cinta pada dirimu sendiri, keegoan cinta yang melahirkan benci tadi.
Namun adalah cinta yang hadir dari dalam rindu.
Bahkan kerinduan yang hadir tanpa sebab bertemu.
Dan merupakan cinta yang tinggi sebab keikhlasanmu menjaga cinta dalam kerinduan hingga perjumpaanmu dengan kekasih.
Tingginya cinta ini menjadikan keharaman bagi orang membencimu sebab cinta ini.
Inilah satu cinta yang menjadikanmu berada, wujud, dan tidak dalam kesia-siaan.
Bukan sebatas cinta dua arah, melainkan cinta segitiga antara Hamba, Rasul, dan Allah.
Allahumma Shalli 'Ala Muhammad wa 'Ala Alihi, wa Shahbihi, Ajma'in.
Tadabbur pada Lirik Ruang Rindu dan Da'uni
Share:

Anak Sapi dan Impian

Tembang macapat yang sering dilagukan Allah yarham mBah Tonadi ketika saya masih kecil adalah: "Semut Ireng, Anak-anak Sapi....."
Anak semut ireng itu kini mulai beranjak menjadi Pedhet, dan mungkin nasibnya akan segera berubah menjadi Sapi, jika Allah menghendaki dan jika Pedhet ini mau mengambil kesempatan.
Tapi menjadi Sapi, tetaplah menjadi Sapi, yang hanya bisa membantu Wak Tani meng-Ijo Royo-kan ladang dan sawahnya. Menjadi Sapi tak semestinya menjadi penyuruhnya Wak Tani, yang hanya bisa teriak ketika lapar, lalu tidur dikandang penuh Clethong ketika kenyang. Semestinya ia pun mau bekerja sesuai kebutuhan Wak Tani.
Namun Anak-anak sapi lupa bahwa mereka adalah sapi.
Dan mungkin Wak Tani lupa kalau-kalau ia mempunyai Cangkul dan Brujul, sehingga Anak-anak Sapi bermain Cangkul dan Brujul, bahkan Pedang-Parang pun dipakai nyangkul. Wak Tani sibuk menonton Anak-anak Sapi yang dolanan Nyangkul, Kerisnya ia letakkan begitu saja, sehingga keris pun dipakai dolanan pedang-pedangan oleh anak-anak Sapi.
Share:

Dalam Diam

Adalah puisi kedua yang diajarkan Mendiang Bapak W Winanto, saat saya masih di bangku SD.
DALAM DIAM
Dalam diam..... 
Kucoba temukan cinta
Diantara hampanya jiwaku
Yang terjepit di bisingnya sedih
Dalam Diam....
Kucoba cari jawab
Dalam segenggam sesal
Yang Ku lepas bebas
Meniti hiruk pikuknya tragedi
dalam kehidupan dunia
Dalam Diam.....
Kucoba pasrah
Menanti datangnya ketidakpastian
Dan menekuni lewat doa-doa
Yang segera mewarnai kehidupanku
Share:

Quran | Ijtihad | Manusia

Qur'an diturunkan dengan salah satu fungsinya adalah sebagai petunjuk bagi manusia untuk menuju keridhaan Allah. Namun sayang, Qur'an sering tidak berfungsi sebagaimana mestinya kerana manusia itu belumlah menjadi manusia. Bahkan manusia berada pada kondisi asfala safilin. Memberikan Qur'an pada jenis manusia ini adalah seperti memberikan Qur'an pada seekor kambing. Qur'an tak ada gunanya dan tak akan merubah hidupnya.
Memaknai, mentadaburi Quran dapat kita lakukan ketika kita menjadi manusia. Sehingga penting bagi kita belajar terlebih dahulu bagaimana menjadi manusia. Sayangnya manusia dengan perkembangan pengetahuannya akan menutupi ilmunya. Sehingga ia sulit menjadi manusia yang mengikuti kata hati karena terpatahkan oleh logika dan keinginan.
Mungkin disinilah Qur'an diturunkan sebagai petunjuk teknis dari Allah agar manusia lebih mudah menjadi manusia. Dan, perlu kita ingat bagaimana jalan hidup Konfusius, Sidarta Gautama, Sundha Wiwitan, dan Kapitayan adalah jalan ijtihad menjadi manusia dan untuk menemukan Allah. Namun Allah tak menunjukkan dan mengenalkan Diri Sebagaimana Allah mengenalkan Diri kepada Musa, Isa, Dan Sayidina Muhammad.
Maka bersyukurlah, syukur yang sebanyaknya kerana nikmat Qur'an, sehingga kita bisa mengenal, siapa sesungguhnya yang kita sebut Hyang Widhi, atau Hyang Tunggal, atau Hyang Ngersakeun, yaitu Allah, bahkan Allah memperkenalkan nama-namaNya kepada kita sebagai yang Ahad, Rahman, Rahim dan sebagainya.
Share:

Soleboh | Gegoro Kota Raya

Soleboh sempat singgah di Kademangan sebelum kembali menjalani Laku Tapa Brata. Ia sempatkan untuk mengunjungi pemegang Mustika Hasta Praja. Lalu di ujung jalan Bung Pono menyapa Soleboh,
"Boh, kemana saja, kok ndak ikut ke Kota Raya?"
"Oh, Bung Pono, apa kabar Bung, sehat kan?" Lantas ia menjawab, 
"Saya sedang sibuk Laku Tapa Brata, terakhir saya ke daerah Nyi Ratu Kidul, lalu ke Nyi Blorong dan terakhir pengikut Nyi Blorong si Bulus Jimbung."
"Lha kok malah sibuk dengan hal yang tidak jelas, kok tidak ikut para mujahid di Kota Raya?"
"Saya belum tertarik untuk ke sana Bung, dan pula, Kiai Sahid tidak mewajibkan murid-muridnya ke Kota Raya."
"Memang tidak wajib, tapi masa tidak ingin ikut berkontribusi?"
"Secara moril saya berkontribusi turut mendukung dan mendoakan. Orang-orang di Kademangan sering bertanya, 'Jane ki ono opo?', dan saya cukup menjelaskan yang saya tahu kepada mereka, bahwa yang menggerakkan kalian adalah Allah, ini terjadi karena Allah, bukan semata-mata agenda politik. Dan Allah juga belum memberi perintah kepada saya untuk turut andil ke Kota Raya."
"Lha di Kademangan pie?"
"Yang harusnya bertanya saya, Kota Raya itu bagaimana kabarnya, Kalau kademangan ya adem ayem saja, Apa lagi Mustika Hasta Praja sudah kembali, Ayom Ayem Tentrem, Insya Allah Gemah Ripah Loh Jinawi. Sekali lagi Kota Raya pie kabare? kata Kiai Sahid, Badan Budi Samodra adalah rekaat awal, kalau saya hitung-hitung ini sudah rekaat ketiga."
"Badan Budi Samodra iku opo Boh?"
"411"
"Oh, iya ini sudah rekaat ketiga, dan sudah akan ke rekaat empat"
"Lha rencana berapa rekaat to Bung"
"Berapa rekaat itu ya tinggal tunggu respon keadaan saja to"
Share:

Soleboh | Nyai Blorong dan Bulus

Namun sejauh ini, Si Bulus tak menemui Soleboh di kediamannya. Entah kemana pergi. Namun ketika Bendol tengah mencari "mbako" untuk ramuan rokoknya, Bulus itu menemuainya. Sontak Bendol Kaget, terjatuh, gemetar, dan serasa melemas tulang belulangnya.
Bulus raksasa itu tak menampakkan seluruh wujudnya, Dengan tatap mata seramnya, dan garang raut wajahnya, Bulus berhasil menakuti Bendol.
Ini pertanda yang baik bagi Soleboh. Ini berarti Bulus itu masih di kediamannya, sebagaimana ia diperintah oleh Blorong.
Selang satu malam kemudian, Soleboh bertemu dengan Bulus itu. Tak banyak yang mereka bicarakan. Hanya sebatas berbagi cerita tentang perjalanan Soleboh, dan Bulus itu pun bercerita tentang kisah di masa Prabu Ajisaka, Kisah tentang perjaka tua yang hendak meminang seorang janda muda. Dalam perjalanannya perjaka itu berlebihan membawa keping emas. Hingga perahunya terbalik dan tenggelam.
Begitulah legenda WatuPrahu, Joko Tuo, dan Keping kerang Numulites di Bukit Jabal Kat yang diceritakan Bulus Jimbung.
Share:

Soleboh | Pasca Mustika Kembali

Dan ketika Kademangan telah kembali tentram atas kembalinya Mustika Hasta Praja. Soleboh kembali dalam kesunyian, bahkan pada malam Jumat Kliwon yang lalu ia sempatkan berkunjung ke tempat sahabatnya, Nyi Roro Kidul, namun sayang, Nyi Ratu tak mau menemuinya, entah alasan apa, atau mungkin adalah karena ulahnya terakhir kali ia bertemu dengan Nyi Roro Kidul.
Meski Soleboh tahu ada banyak Nyi Roro Kidul, namun ia tak tahu Nyi Ratu yang mana yang hendak ia temui. Meski ada sekian banyak Nyi Ratu, namun tak ada satupun yang sudi menemuinya.
Dalam kesendiriannya, Soleboh ingin menjalin Silaturahim dengan Nyi Blorong, hanya karena ia tak bertemu Nyi Roro Kidul. Tapi tak mungkin ia akan menemui Ular itu secara langsung. Dalam waktu dekat, Soleboh berencana menemui Bulus pengikut Nyi Blorong untuk mengetahui informasi tentangnya sebelum bertemu dengan Blorong.
Dan juga, Soleboh berencana untuk Ziarah ke kubur Naga Nginglung, Suami Blorong. Rencana Soleboh masih rencana. Rencana dalam kesunyian. Rencana dalam ketidakpastian. Rencana dalam Khayalan. Rencana dalam kebimbangan.
Share:

Permusuhan Kanguru dan Naga dan Imbasnya di Kerajaan Garuda

Sempat terlintas menjelang tidur, sekilas kehidupan kerajaan burung, kerajaan burung dalam kitab Mantiq Ath Thayr, juga kerajaan burung Garuda yang diapit oleh kerajaan Kanguru beserta Kerajaan Mamalia lainya yang meruoakan sekutunya.
Ingat akan kisah dalam Mantiq ath Thayr, dikala para burung tidak mempunyai raja, dan secara teori, tidak mungkin kerajaan akan berjalan tanpa raja lalu mereka musyawarah dan berkesepakatan untuk terbang mencari rajanya, seekor burung bernama Simurgh.
Berbeda dengan kerajaan burung Garuda, mereka memiliki raja tapi terasa beraja, sehingga mereka melakukan perjalanan ke utara hingga bertemu dengan Naga dan Beruang. Kerja sama antara mereka membuat kerajaan Elang tak suka. Dan telah lama kerajaan Elang bersekutu dengan kerajaan Kanguru.
Kondisi kerajaan Garuda semakin tak menentu akibat arah politiknya. Posisi geografisnya yang diapit Kerajaan Kanguru dan sekutu membuat burung itu kalang kabut. Bahkan kanguru-kanguru mulai mencibir polah burung itu.
Polah yang tak karuan ini direspon oleh sahabatnya Naga, Ia menawarkan berbagai bantuan bersyarat. Bahkan beruang siap tempur dengan armadanya. Namun para burung tidak suka dengan tingkah rajanya karena tidak sesuai dengan pola politiknya sebagaimana pendahulunya Hud-hud yang menginginkan kerajaan Garuda ini menjadi penengah jika terjadi konflik antar kerajaan. Sehingga para burung di negeri Garuda bermimpi akan hadirnya Simurgh yang merupakan raja segala burung di negara itu. Utopia itu masih besar.
Share:

Fakultas Sebagai Pintu

Fakultas bukanlah kamar-kamar dari sebuah universitas, sehingga ada sekat-sekat ilmu diantara kamar-kamar itu, sehingga seolah tabu ketika mahasiswa sains membicarakan politik, seolah tabu mahasiswa ekonomi membahas masalah metodologi operasi bedah.
Fakultas merupakan pintu-pintu menuju Universalitas Universitas, sehingga seorang mahasiswa akan mendapati keluasan ilmu di dalamnya. Sehingga ketika turun ke masyarakat, anggapan masyarakat bahwa mahasiswa itu paham segala, dan mahasiswa ditanya tentang segala, maka ia dapat menjawabnya.
Share: