Bahasa | Quran | Matematika | Fisika | Geofisika

Bahasa matematika adalah bahasa suci, tidak seperti bahasa fisika, apalagi bahasa geofisika. Mau disogok berapapun, matematika akan menyampaikan kebenaran. Satu ditambah satu akan selalu dua.
Al Quran itu suci, siapapun yang membaca, Quran adalah kebenaran.
Namun manusia tak ada yang suci, sehingga informasi-informasi dari yang ia baca menjadi tersamarkan.
Dalam fisika empiris, ketika hasil pengukuran sama seperti dengan teori, maka ini yang perlu dicurigai. Semestinya ada nilai ralat, ada nilai error, ada kesamaran informasi dari pengukuran yang dilakukan. Satu ditambah satu tidak mungkin sama dengan dua, bisa jadi dua koma sekian atau kurang sekian angka dibelakang koma.
Lalu bagaimana bisa kita mengaku bahwa pemahaman kita terhadap Quran adalah benar. Bagaimana kita yakin bahwa tafsir seorang Ibn Katsir adalah benar. Mesti ada bagian errornya.
Dalam geofisika, hasil pengukuran tentu akan memiliki nilai ralat, bahkan nilai ralat ini terkadang sampai dari 100%. Sehingga seorang geofisikawan itu biasa jika akan menambah atau mengurangi data asalkan ia akan mengurangi nilai ralat. Agar hasil pengukuran mendekati teori yang ada. Nilai ralat yang besar terjadi karena metode akuisisi yang kurang tepat atau ada informasi penyamar (noise).
Dalam kehidupan ini, masyarakat adalah sensor penerima informasi, dan dai adalah medium penyampaian kebenaran Quran. noise ini sering muncul melalui para dai ketika ingin menyampaikan informasi Quran dengan menyesuaikan kondisi masyarakat. Sensor pun memiliki spesifikasi, jika informasi yang disampaikan tidak pada range sensor tersebut maka akan dianggap noise juga oleh sensor. Masyarakat akan menolak informasi, meski itu adalah kebenaran jika tidak dalam range kapasitas pemahaman dan budaya masyarakat tersebut.
Share:

0 komentar: