Metode | Budaya | Syariah

Masyarakat Jawa begitu mengenal perubahan-perubahan cuaca hingga dapat menyusun Pranoto Mongso.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menempatkan Pranoto Mongso ini, Apakah menempatkannya sebagai Metodologi, atau sebagai Budaya.
Jika itu sebagai metodologi, maka sudah saatnya digantikan dengan meteorologi dengan berbagai metodenya. Tapi, jika itu sebagai budaya, maka perlakuannya adalah dilestarikan.
Primbon pun berasal dari sejumlah data yang diinterpretasi dengan metode statistik saat itu, dan pilihannya adalah Metodologi atau Budaya.
Ketika kita masuk dalam ranah yang lebih pada beberapa amaliah, kita mendapati seperti Sekaten, Tahlilan, Macapatan, Tadarusan, Wayangan, Kenduren, dan sebagainya. Maka ada tiga posisi dalam menempatkannya. Apakah itu Metodologi, Budaya, atau Syariah, sehingga akan muncul konsekuensi dari penempatan posisi tersebut, sebagaimana Pranoto Mongso dan Primbon.
Share:

0 komentar: