Soleboh | Di Perlimaan

Perjalanan Soleboh sampai pada sebuah perlimaan di dalam hutan. Entah hutan apa itu, Soleboh pun belum tahu. Yang jelas itu adalah Alas Gung Liwang-Liwung, tiada berpenghuni. Rerumputan di jalan itu cukup tinggi, menandakan bahwa jalan tersebut sudah tidak pernah dilalui sesiapa lagi.
Didepan Soleboh disuguhkan empat jalan pilihan, menuju ke barat, menuju ke barat-utara, menuju ke utara-barat, dan menuju ke utara. Belum ada petunjuk sebelumnya bahwa ia akan bertemu dengan perlimaan ini. Kumpulan remah-remah sejarah yang ia dapatkan pun belum menunjukkan manakah jalan yang harus dipilih. Atau karena belum ada petunjuk, ia akan memilih keempat jalan tersebut. Ia akan mencoba melewatinya satu persatu, ini memang akan memakan waktu, tapi siapa tahu pada setiap jalan ia akan menemui ceceran remah-remah sejarah.
Kebingungan kini melandanya. Apalagi melihat bintang, matahari pun susah di hutan ini. Begitu lebat, terlalu lebat malah. Apalagi GPS, Pedoman saja ia tak punya. Mungkin ia akan berhenti di sini malam ini. Untuk mengamalkan Setikaroh yang diajarkan Sek Ngabdullah.
* Pe-Dom-an adalah kompas yang terbuat dari Dom (Jarum) yang digunakan pada masa Majapahit atau Singhasari.
Share:

1 komentar:

Maryoto bin maridin mengatakan...

cerpen ini penuh hikmah