One Love

Adalah tentang suatu Cinta yang Satu
Menyatu dalam Cinta Segitiga
Cinta yang terbentuk antara aku, kau dan Dia.
Bukan cinta yang menyesakkan dada.
Dan bukan cinta yang berawal dari pandangan pertama.
Bagaimana ini adalah cinta dari pandangan pertama.
Jika antara aku, kau dan Dia belum saling bersua.
Namun inilah kesejatian rindu
dan Cinta kita bersua dalam Ruang Rindu.
Allahumma Shalli Ala Muhammad
Share:

Soleboh | Ngomong mBuri

Saat itu Soleboh tengah disibukan dengan Mustika Hasta Praja. Ia mencoba untuk tuli terhadap percekcokan yang terjadi di Kademangan, tapi tetap terdengar, sehingga ia memilih membuta dan membisu. Percekcokan mengenai desain, kemampuan Mustika mengemban amanah, mengemban tanggungjawab. Kemudian ada beberapa orang yang desainnya tidak digunakan dalam pembuatan Mustika ini, mereka beroceh, " Mari kita lihat kemampuan Mustika itu." mereka menganggap itu mustika itu layaknya pecundang karena tidak menggunakan desain yang mereka ajukan.
Soleboh titiba berceramah, "Kalau desainya tidak dipakai, dan itu adalah hasil mufakat semestinya kita hargai dan kita dukung dalam berbuat kebaikan, dan kita jaga agar tidak menyimpang, bukan malah hanya ditonton."
"Alah, itu sudah tidak bisa diharapkan. Desain mereka lolos dan kalian setujui karena mereka menyuap beberapa peserta rapat, bukan?" Bendol menyahut.
"Saya tidak punya data untuk mengatakan itu benar atau salah"
Kemudian muncul sebuah kabut putih. Sekilas nampak cerita masa lalu dari kademangan. Dan sayup sayup terdengar, "BAPA TAPA TAMA BUMI" kemudian kabut itu pudar.
"Apa gerangan itu tadi?" Tanya Soleboh pada sekelilingnya.
"Mungkin itu tadi mimpi atau pesan dari masalalu" Jawab Bendol
Share:

"Ngakali vs nJaili"

Dalam beberapa waktu terakhir, Kiai Sahid sering berkutik prihatin pada kosakata, idiom, istilah ngakali, minteri. Idiom ngakali dan minteri adalah idiom yang sering digunakan untuk perbuatan yang tidak baik. Padahal letak ke-hasan-an manusia, ahsani taqwim, dibanding makhluk lain adalah akal. Entah mengapa hal baik, akal dan pinter bisa diruah dalam bentuk kerja menjadi ngakali dan minteri, namun bermakna negatif.
Dalam ketidaksengajaan, Soleoh teringat sebuah idiom jawa yaitu "nJaili", dan ia pikir itu adalah ungkapan yang lebih pas untuk menggantikan istilah ngakali. Sedangkan idiom minteri tentu tidak bisa diganti dengan mbodoni, karena mbodoni dalam khasanah jawa berarti merendahkan diri agar tidak terlihat pintar. Namun demikian, dalam bahasa Indonesia ada istilah membodohi yang mungkin ini lebih baik daripada minteri.
Share:

AYO ngAJI DARI AWAL LAGI.

Ada beberapa kitab wajib yang di-aji sebelum meng-aji kitab-kitab lain. Diantaranya adalah Adabul Alim wal Mutaalim (Hadlratusy syaikh), atau kitab Ta'lim Mutaalim (Syaikh Zarnuji).
Dalam kitab ini, yang sering di teriakkan sebagai pendidikan karakter baru baru ini, adab diajarkan sejak dulu. Kitab ini memuat berbagai adab terkaitan dengan pencari ilmu dan penunjuk ilmu. Salah satunya adalah bagaimana menghormati Kiai, Ulama, dan sebagainya.
Mungkin karena di sekolah formal, kitab ini tidak diajarkan sehingga anak-anak itu tidak ada hormat-hormatnya kepada Habab, Ulama, Kiai, maupun Ustadz. Sampai sampai berkowar-kowar di media sosial dengan menyebut nama Ulama, Habaib, Ustadz dengan sebutan yang tak pantas.
Semestinya kita perlu belajar lagi bagaimana kita harus bersikap kepada Ulama, Habaib, Kiai, Anak Kiai, Ustadz, bahkan bagaimana kita harus bersikap kepada orang yang ilmunya sedikit di atas kita.
AYO ngAJI DARI AWAL LAGI.
Share:

Penistaan Masal terhadap Quran

- Perlu diperhatikan bahwa tulisan ini bukan mengenai Ahok, melainkan mengenai Harapan penulis terhadap Kepala Desa terpilih nantinya.
- Setelah membaca ini, coba kita tadabburi Surah Al Maun kembali.
Dalam beberapa waktu terakhir, bangsa ini diramaikan dengan adanya isu penistaan Quran, entah baik isu itu benar atau tidak. Lalu isu penistaan Quran hanya dipersempit pada kasus "pakai" atau "tidak pakai". Bagaimana jika isu penistaan ini kita bawa dalam bentuk yang umum, Penistaan Agama. Dan kita akan temukan dalam dalam Al Maun. Siapa saja yang menistakan agama? Dalam surat itu telah jelas disebutkan sesiapa penista agama, tapi penista-penista itu tak pernah dikasuskan, ini penista agama tak sebatas Quran yang dinistakan.
Bentuk penistaan agama yang lain perbuatan seseorang yang telah disumpah atas nama Allah dan dibawah Quran lalu seseorang itu mendustai sumpahnya. Bukankah ini juga penistaan, penistaan agama dan penistaan terhadap Quran. Bahkan telah menjadi rahasia umum bahwa penistaan Quran dalam format ini adalah penistaan yang terjadi secara masal oleh mayoritas pemimpin. Kami katakan mayoritas, karena masih terdapat al ghuraba, mereka yang aneh, mereka yang menyelisihi mayoritas dengan memimpin dan tetap berpegang pada kebenaran dan Quran.
Kami berharap jika suatu hari nanti kepala desa kami telah terpilih, akan menjadi seorang pemimpin yang amanah, yang tidak menista agama secara terslubung dalam format diatas. tidak menista agama dengan mengingkari janjinya saat disumpah dengan Quran. Semoga pemimpin kami bukan penista Quran. Amin.
Share:

Soleboh | Tak Ada Tempat Untuknya

Dalam Ringgit Purwa (Pewayangan), Keberadaan Ponokawan adalah hal yang menarik. Meski mereka bukan makhluk lintas waktu dan tempat sebagaimana Soleboh, namun mereka juga mempuyai perjalanan waktu yang cukup panjang. Mulai dari Jaman Ramayana hingga Mahabarata. Namun demikian martabat Ponokawan sebagai masyarakat yang "Meneb Atine" adalah lebih tinggi dibandingkan Soleboh yang sebenarnya hatinya sering bertarung dengan nafsunya.
Ponokawan mempunyai posisi penting dalam lakon pewayangan, mereka adalah merupakan bentuk penokohan masyarakat kecil dalam sebuah negara. Namun demikian mereka tetap dianggap ada oleh negara. Bahkan tidak jarang mereka dimintai pendapat, pertimbangan ketika terjadi permasalahan kenegaraan, tidak sebatas penonton dan pemberi suara voting.
Tak ubahnya Ponokawan, Soleboh dalam perjalanan hidupnya ketika berada di tahun 1400 sampai 1700 M, ia juga sebatas wong cilik. Sehingga namanya tidak tertulis dalam sejarah, dan memang ia tak tertarik untuk disejarahkan. Namun demikian ketika ia berjalan di Kademangan-Kademangan, ia dianggap ada dan berilmu sehingga sering ia dimintai pendapat, pertimbangan dan tenaganya juga. Namun demikian, di Kadipaten ia seolah tiada dan bukan siapa-siapa.
Share:

Tadabbur Quran | Dubur | Tahi Raja Joseon

Beberapa waktu terakhir Mbah Nun sering mewantiwanti untuk senantiasa tadaburan dengan Quran, karena dalilnya jelas, kita disuruh tadabur bukan tafsir terhadap Quran. Dan Kiai Fuad, seorang dari sembilan orang yang diamanati sebagai Penjaga Bahasa Quran di dunia saat ini mengatakan bahwa tadabur itu berkaitan dengan kata dubur.
Sebagai bentuk tadabur terhadap kata "Tadabbur" itu sendiri adalah sesuatu yang keluar dari dubur Raja Joseon (sekarang Korea) yang sejaman dengan Panembahan Senopati. Para tabib istana selalu memperoleh kiriman tahi sang raja setiap kali sang raja mengeluarkan tahinya. Lalu keluaran dari dubur itu akan diidentifikasi untuk mengetahui kondisi badan sang raja.
Inti tadabbur adalah mementingkan apa keluaran kita sesudah memahami ayat, gejala, informasi, atau apapun, terlepas apa dan bagaimana metodologi-nya. Maksudnya adalah tadabur tidak seformal tafsir, dimana seorang mufasir harus memiliki kriteria ilmiah dan kriteria keilmuan. Tadabbur boleh dilakukan oleh siapapun untuk kebaikan, untuk mendapatkan manfaat dari Quran.
Tadabbur Quran adalah jebar-jebur, adus slulup ke kedalaman ayat-ayat Allah. Seseorang yang sedang bertadabbur adalah orang yang melakukan perenungan yang menyeluruh untuk mengetahui sebuah makna dari suatu ungkapan atau pengetahuan secara mendalam.
Share:

Soleboh | Pinangan Politik

Ketika pinangan politik mulai menunjukkan diri, Saya memilih jawaban seperti yang dikatakan Kiai Sahid ketika disuruh menjadi adipati atau punggawa di Kadipaten Nurwantoro saat itu. Kondisi semrawut yang terjadi di kadipaten membuat para Ulama prihatin, namun dalam keprihatinannya mereka juga tak mampu berbuat apa-apa. Masyarakat banyak yang memandang hanya Kiai Sahid yang mampu mengatasi kesemrawutan Kadipaten.
Kiai Sahid berkata,
"Sejak Kadipaten ini melakukan format ulang, saya sudah ditawari posisi untuk jadi punggawa, tapi saya tidak mau, karena teman-teman saya yang menggulingkan Gajah Kenongo dan melakukan format ulang ternyata hanya ingin menjadi Gajah-gajah korup yang baru. Dan sekarang saya diminta untuk mengatasi Gajah-gajah itu oleh masyarakat, bagaimana saya akan melakukannya wong para Adipati dan Punggawa semuanya Gajah. Lha kalo saya di suruh menjadi Adipati oleh masyarakat saya juga tidak mau, Kecuali Allah sendiri yang memerintahkan saya untuk jadi Adipati. Rakyat itu tidak bisa menjanjikan apa-apa, menjanjikan keamanan, menjanjikan kalau saya akan jadi adipati yang jujur, tentu tidak bisa. Tapi kalau Allah sendiri yang menyuruh saya menjadi Adipati, mau tidak mau, saya akan berangkat, karena Allah yang memnjamin keselamatan saya, Allah yang akan menjaga saya untuk tidak korupsi"
Lalu pinangan politik itu juga sampai kepada saya, saya mengatakan,
"Saya tidak benci Si A, Si B atau yang lain menjadi Demang, bukan saya tidak mau mendukung anda menjadi Demang dalam pemilihan nanti, tapi soal saya nanti memilih siapa yang akan menjadi Demang, saya belum dapat jawabanya dari Allah. Ya kalau masyarakat mau dapat pemimpin yang baik, terbaik dari lima itu, ya silakan istikharah. Tunggu jawaban dari Allah."
Saya juga tidak mau gembar-gembor pilih si A, atau si C, karena belum ada jawaban dari Allah, saya harus memilih siapa.
Share:

Soleboh | Konspirasi Peledakan Mercon Naga dan Balon Hijau di Kadipaten Soleboh

Sudah lama aku tak berkunjung ke Kadipaten. Tapi sempat terdengar kabar di telingaku, ketika di Kademangan Soleboh hampir menyelesaikan pembuatan Mustika Hasta Praja, terjadi insiden peledakan Mercon Naga dan Balon Hijau. Peledakan ini berujung pada kericuhan masyarakat Kadipaten Nurwantoro.
Mayoritas masyarakat Nurwantoro menganggap suara ledakan itu adalah bentuk penistaan agama. Dan mayoritas telah tahu ini berkaitan dengan konspirasi. Konspirasi peledakan Mercon Naga dan Balon Hijau ini tentu terjadi karena ada yang menyulut Mercon dan efeknya adalah pada meletusnya Balon Hijau. Lalu masyarakat beramai ramai membuang hujatan dan tuntutan di tempat tempat sampah. Hingga tempat sampah itu meluap.
Hujatan dan cacian terjadi terhadap Mercon dan sedikit pada Balon itu. Tuntutan yang mulanya hanya ada di tempat tempat sampah kini akan segera memenuhi jalan jalan. Dan yang sering muncul dalam benak adalah Siapa pemantik Mercon ini, Apa keinginan pemantik Mercon ini. Apakah suara ledakan itu sesuai dengan keinginan si pemantik?
Kiai Sahid pernah berkata, Yang namanya pemantik Mercon selalu ingin suara yang besar atas Mercon yang meledak. Tapi bagaimanapun, pemantik Mercon tidak bisa mengatur suara ledakan Mercon maupun Balon itu. Berbeda dengan Pembuat Mercon dan Balon, ia akan memperhitungkan dengan teliti tingkat ledakan Mercon maupun Balon
Sebentar lagi Si Mercon akan segera jadi buli bulian di jalanan. Dan Si Pemantik akan tetap tidak ketahuan siapa orangnya dan akan menyusun rencana berikutnya agar produk produk Naga tetap bisa membanjiri Kadipaten.
Dan kalaupun Mercon nanti diadili sesuai tuntutan, maka Pemantik telah siap dengan rencana baru. Dan mungkin akan bermain dengan Balon yang rupa-rupa warnanya, namun dari sekian Balon, Balon Hijau akan jadi sasaran lagi.
Share:

Sawahku Lolos

Esuk jemun aku wis sarapan,
Banjur tata tata,
Budhal menyang sawah,
Umpama telat mangkat,
Manuke wus podo meclok nang witing pari
Wingi, wingi wus akeh pari kang dicolongi manuk
Yen parine ora ditunggu
Lhak yo mesti ra sido panen
Mulane aku mangkat mruput
Senajan lemahe lunyu
Sedalu natas udan ora kendhat
Aku tetep mangkat
Tanpa sepatu tanpa srandal
Sing wingi-wingi wus dak ikhlasno
Saiki kari jogo pari sek nang tengah sawah
Kang durung di colong manuk.
E lha dalah,
Jebule kok mengkene.
Pari seng tak arep-arep bakal bisa di panen
Kok ketutup lemah
Wis gak ketara maneh parine
Amarga kejugrugan lemah beteng.
Jebul Jebul
Udan sewengi mau gawe lemahe lolos
Kelakon cotho yen mangkenene
Aku arep panen opo
Apa Dewi Sri murka
Sahingga aku ra isa panen
Apa Dewi Sri murka
Sebab ra ana maneh kang weneh sedekah bumi
nDhisik ndhisik ora ono manuk kang akehe kaya saiki
Ngedap edapi anggone mangan pari
Apa merga sedekah bumine kurang
Sahingga Manuke ra kebageyan
Kayane iya
Anggone nafkah marang Dewi Sri sajak kurang
Sahingga Dewi Sri murka
Banjur lemah lemah di jugrugake
Banjur aku sesuk arep mangan apa
Suhari 05/10/16
Share:

Bukan Untuknya (Melayang).

Disini aku duduk
Termenung
Sempat terfikirkanmu
Lalu aku tersadar oleh bisik untuk memikirkanNya
Dan melayang.
Tetiba muncul sebuah ingatan
Yang sentiasa hadir menjelang
Yang ketika ku tak tahan
Lalu aku melayang
Pergi dari alam sadar
Aku terdorong ke sebuah sudut ruang.
Sudut atas ruang
Lalu cahaya memburam
Dan menghilang
Aku muncul dalam sebuah dimensi
Yang aku tak tahu dimana aku
Tapi tak asing tempat itu bagiku
Terkadang para prajurit menghilang
Terkadang menyerangku
Aku tak tahan akan kondisi ini
Aku ingin kembali
Tapi aku masih terjebak dalam lorong waktu
Bahkan teriakan "Allah, Allah, Allah" sulit terucap
Hingga sesak menghampiri
Aku diam
Aku lemas
Aku menghimpun tenaga
Lalu pasrah
Dan ku teriakan, Alllaaaahu Akbar.
Dengan teriakan itu aku bisa kembali
Dari penyusuran lorong waktu
Dan kembali duduk
Termenung
Menikmati rasa sakit akibat perjalanan di lorong itu.
Aku duduk
Aku berkata
Pada diriku
Bukan, bukan untuk itu aku kehilangan kesadaran
Bukan untuk perjalanan lorong waktu
Aku sangat lelah disana
Aku akhiri kesadaran ini dengan Basmalah
Fatihah
Al Kursy dan tiga Qul
Dan duapuluh satu Basmalah
UntukNya
Bukan untuknya perjalanan waktu
Suhari 031016
Share:

Ulama KPK | Pemerintah Rakyat

Ada sebuah kisah tentang sebuah keluarga. Seorang ayah yang penyabar dan pemaaf, ia juga seorang guru ngaji. Ayah itu memiliki seorang istri yang "narimo ing pandum". Mereka memiliki seorang anak yang sangat shaleh, dan tegas. Mereka juga punya seorang pelayan yang mereka gaji setiap bulan.
Hingga pada suatu waktu, anak ini menjadi semakin dekat dengan pelayan ini. bahkan semakin hari, anak ini berfikir bahwa pelayan ini adalh tuan, bos baginya. Anak ini tidak lagi mau mendengar apa kata ayahnya, tidak lagi menyayangi ibunya. Anak ini lebih mau mendengar apa kata pelayan itu, ia akan menunruti setiap perintah dan siasat pelayan itu.
Sang Ayah sebenarnya sakit hati, kesal atas kelakuan anak ini. namun ia masih memaafkan. semakin hari, ia tidak mau lagi menasihati anak yang tuli pada nasihatnya. Hanya sindiran-sindiran kecil yang disampakan kepada sang Istri dengan harapan di dengar oleh sang anak. Sang Ayah tak ikut campur lagi dengan urusan sang anak, sama sekali.
Sang Istri bahkan sempat mengira pelayan itu pantas menjadi bos, hampir saja. Namun kesadaran itu sering kali hilang.
Kini pelayan itu bebas, merdeka dengan kebodohannya, dan memperdaya anak ini untuk kepentingannya. Setelah sang Ayah yang penyabar tak mengumbar aibnya, sang Ibu yang sering kehilangan kesadaran, ia memanfaatkan sang Anak untuk menguasai rumah itu, memeras, dan tanpa takut digugat.
Share:

Soleboh | Mencari Masa Lalu Kademangan

Mustika Hasta Praja merupakan keluasan nikmat Allah. Ia merupakan bentuk rahmat Allah yang diberikan kepada masyarakat Kademangan. Setela keputusan diambil bahwa Mustika tersebut harus dibuat kembali, ternyata Mustika ini bukan merupakan satu bagian utuh. Ia terdiri atas beberapa sehingga membuatnya harus dalam beberapa pula.
Soleboh telah tiga bulan terpontang-panting, ke utara, ke selatan, ke barat, ke timur. dan kini Ia berjalan terkekeh-kekeh bukan untuk remah-remah sejarah yang begitu ia idamkan. Ia kini berjalan untuk mendapatkan ilham, bagaimana bentuk Mustika yang baru. Ia tak ingin Mustika ini sama dengan sebelumnya, entah bentuk, entah bahan, atau sekedar maknanya. Tapi sesekali ia tetap mencari dengar berita tentang sejarah. Bahkan soleboh sendiri belum tahu pasti sejarah pertemuan Kademangan dengan Mustika Hasta Praja.
"Aku terpontang-panting tak jelas.
Dan bahkan aku tak sempat mendapat apa yang kucari"
"Alah Boh, mbok ra usah puitis gitu" Teriak Bendol
"Diam .....
Diamlah.....
Kau hanya duri tak berujung
Kau adalah batu tak berwujud" Soleboh meneruskan gumam puitisnya
"Kau katakan pergi
Aku sudah pergi
Aku kembali
Kau suruh aku pergi lagi
Padahal kau belum pernah mendengar dan merasakan
Racikan-racikan terbaruku
Lalu untuk apa aku pergi
Dan kau suruh aku diam
Tapi aku harus bergerak
Kademangan yang memintaku bergerak
Bukan untuk diam
dan pergi lagi
Kademangan memintaku
Membuat Mustika baru
Dan kini aku bersama kawanku
Mencoba mencari dengan ilmunya
Sejenis logam yang sesuai dalam mimpiku"
"Maksudmu aku Boh?" Tanyaku
"Iya, katanya kamu sudah terbiasa praktek, nyari jenis mineral ini itu, batu ini itu," Jawab Soleboh
"Semoga saja aku masih betah menemanimu Soleboh, dan Allah belum menakdirkanku kembali ke masa depan"
Share:

Satu Peradaban | Manusia

Di dunia ini, ada dua kutub yang berseberangan,
Yakni, Adab dan Biadab, Peradaban dan Perbiadaban,
Namun demikian, Adab selalu memaklumi dan memahami Biadab
Bahkan Adab mau menutupi aib si Biadab,
Namun Biadab suka mengumbar berita buruk, menyebar fitnah,
dan tidak mau menutupi aib saudaranya,
dan Adab senantiasa sabar.
Peradaban hanya ada satu, Peradaban Manusia,
Tidak ada Peradaban Islam, Peradaban Hindu, Peradaban Eropa, Peradaban Mesir, Peradaban Babilon, melainkan itu adalah PERADABAN MANUSIA (Dr. Ahmad Badruddin Hassoun).
Dan peradaban senantiasa diperangi, dihalangi perkembangannyara,diri tanpa pengaruh peradaban manusia sebelumnya.
Dan peradaban senantiasa diperangi, dihalangi perkembangannya
Tentu oleh Perbiadaban,
Perbiadaban akan sentiasa ada hingga akhir zaman dan menjadi musuh Peradaban.
Semoga kita golongan yang beradab.
Share:

Soleboh | 1581

Suatu ketika Soleboh berlari menuju "Jurang Kasupen", bukan untuk berjuang mendaki jurang itu, melainkan hendak melompat dari atas tebing. Ia telah bersiap dengan kuda-kuda, kemudian dengan tangkas ia berlari. Mendekati jurang lalu ia memperlebar langkahnya dan melompat. Tapi ia tak tertarik untuk memamerkan aksinya, bahkan tidak mau mengganggu orang lain dengan teriakannya. Ia melompat dalam diam dan ketenangan serta kesadaran jasadiah dan batiniah.
Lompatan pertamanya membawanya bertemu dengan Wali Songo, dan ia juga menyempatkan diri bertemu dengan Sultan Fattah, Sultan Trenggono, Sultan Hadiwijaya, dan terakhir kepada Panembahan Senopati. Kemudian ia mendapatkan nasihat dari Sultan Fattah agar kembali melompat di jurang itu dan menitipkan salam untuk Sultan Al Fatih.
Ia pun melompat lagi, dan kali ini ia dipertemukan Allah dengan Sultan Sulaiman 1 yang tengah membangun masjid agung Sulaimaniyah. Sebenarnya ia ingin bertemu moyang Sultan Sulaiman, yaitu Sultan Mehmed 2, tapi waktu telah membawanya pergi kepada Ratu Elisabeth 1. Ketika itu ratu Elisabeth tengah membaca naskah-naskah William Shakespeare. di kesempatan yang langka ini pun Soleboh belajar penulisan naskah dan drama kepada Shakespeare.
Soleboh menyeberangi lautan dan bertemu dengan Raja Philip 2 yang kemudian mengajaknya ke sebuah pulau di utara Nusantara. Olehnya, pulau itu diberi nama Filipina untuk mengenang namanya. Tak mau berjalan jauh, ia menyeberang ke Jepang, yaitu masa-masa kekuasaan Oda Nobunaga, sang Legenda. Lalu ia menuju dataran panas China dan bertemu dengan Zhang Juzheng seorang Perdana Menteri dari Kaisar Wanli.
Kali ini Soleboh tak tertarik untuk berkenalan dengan sang penguasa, Wangli, dan ia tetap berjalan ke selatan dan bertemu Sultan Akbar, belajar sedikit mengenai Din Ilahi, dimana Sultan mengubah cara pandang masyarakat Hindu India dengan memasukkan pola pikir Islam.
Dan ini terjadi di tahun1581.
Share:

Soleboh | Shalat dengan Kiai Sahid

Ini adalah pertama kalinya Soleboh mengajakku Shalat Jamaah dengan imam Kiai Sahid. Setelah sholat, Kiai Sahid bersuara lantang, "Astaghfirullahal adhim, ......."
Jamaah pun mengikutinya hingga dzikir selesai, bahkan hingga Kiai Sahid membaca doa, mereka mengamini. Lalu mereka berdiri dan semuanya bersalaman.
Aku tidak berani meminta penjelasan langsung kepada Kiai Sahid. Aku bertanya kepada Soleboh, " Boh, ditempatku kuliah, aku tidak pernah melihat ada yang berdzikir sekeras itu, mengapa Kiai Sahid melakukan demikian?"
"Kau tahu, mereka ini tidak seperti di zamanmu, sekarang ini tidak ada sekolah, apalagi tempat kuliah. mereka ini tidak bisa membaca dan menulis aksara seperti kalian. Sehingga metode pengajaran bacaan dzikirnya secara talaqi. Lihat saja mereka, mereka sudah shalat bertahun-tahun, tapi bacaan dzikir yang dibaca bersama tiap hari saja belum hafal. Mungkin kalau dijamanmu, sudah pandai membaca aksara, sehingga bisa menghafal sendiri."
" Ah, kau ini Boh, dizaman mereka nanti, memang mereka pandai membaca aksara, tapi sedikit yang mau membaca, sedikit yang mau menambah wawasan, apalagi menuliskan ilmunya. yang mereka butuh adalah uang, karena uang, segala kau bisa dapat." Sahut Pono
"Uang memang penting, tapi tidak demikian penting sehingga kau menjual ilmu." tetiba Kiai Sahid muncul tepat di belakang Pono. "Pandailah mengendalikan uang, jangan sampai kau dikendalikan oleh uang". Dan seterusnya Kiai Sahid memberikan nasihat mengenai Fitnah Dunia, bahasan kami mengenai Dzikir Jahr pun terhenti sampai itu.
Share:

Mantiq ath Thair | Eagel View | Desa Tempurharjo

Terakhir ke Ponorogo, tidak lupa mampir ke toko kitab. Kemudian pemilik toko menawarkan sebuah kitab "Mantiq ath Thair" karya Attar. Sebuah kitab yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana melihat dengan berbagai sudut pandang, atau dengan sudut pandang yang luas seperti burung yang terbang dan melihat sesuatu.
"Ada sebuah kisah dalam kitab ini, yaitu kisah perjalanan 30 burung mencari keberadaan Seekor Burung Legenda Simorgh yang mampu menyelesaikan berbagai masalah. Sampai di Gunung Qaf tinggal satu burung yang sampai disana yaitu Baqa dan ternyata di Qaf, Legenda itu tidak ada. Akhirnya Baqa tinggal disana, dan Baqa itulah yang menjadi sang Legenda." Begitu kata Ust Ibrahim dalam Macapat Syafaat kemarin malam. Ya saya ceritakan ini, karena saya sendiri belum membeli kitab tersebut.
Desa Tempurharjo saat ini tengah mencari pemimpin baru, dimana ibarat semua warga adalah para burung, lalu beberapa perwakilan akan menjadi burung yang melalui perjalanan untuk menjadi sang Legenda itu sendiri, menjadi Kepala Desa Tempurharjo. Dan hanya satu yang akan menjadi.
Share:

Soleboh | Mustika tak Dicuri

Setelah mencari-cari keberadaan Mustika Asta Praja, ternyata selama ini ia tak hilang, melainkan ada seorang warga Kademangan yang dengan sengaja menginginkan Mustika itu tak lagi di Kademangan. Siapa warga itu, sumber pun tidak mengetahuinya.
Dengan nada marah, berlagak seorang intel, Soleboh berkata, "Kamu tahu Kademangan ramai, kacau, karena kehilangan Mustika ini.?"
Pemegang Mustika itu menjawab, "Tidak, aku tidak tahu, aku bukan warga Kademangan."
"Lalu darimana kamu memperoleh Mustika itu?"
"Aku tidak mencurinya"
"Aku tanya, kamu bagaimana memperolehnya?"
"AKU TIDAK MENCURI"
Dengan jengkel, Soleboh merubah pertanyaan, "Kamu dapat ini dari siapa?"
"Dari seorang pemuda Kademangan"
"SIAPA?"
"Tidak tahu."
"Bagaimana kamu tahu dia seorang warga Kademangan?"
"Yang jelas ia memakai baju yang hanya dimiliki pemuda Kademangan"
"Lalu mengapa kau masih menyimpannya"
"Sejak Mustika ini disini, Padukuhan terasa semakin aman dan tentram."
"Itulah sebab kami ingin mengambilnya kembali"
"Tidak bisa, anda disini hanya berdua, dan kami banyak warga Padukuhan disini"
"Kami ingin Kademangan kembali damai"
"Jika demikian bikin lagi Mustika yang baru, bukankah kamu pakarnya Tapa Brata, seharusnya kamu bisa bikin yang baru."
"Aku tidak yakin Mustika buatanku akan mampu bertuah."
"Carilah Wahyu Cakraningrat, dan semayamkan dewa dari Wahyu itu kedalam Mustika buatanmu, itu pesan sesepuh Padukuhan yang Waskita dan mengetahui masalah ini akan terjadi"
Share:

GPS Iman

Belajar dari mas Sabrang (Noe Letto) semalam,
Ketika kita sama sekali belum pernah ke suatu tempat, dan tidak tahu bagaimana tempat itu, ada GPS yang kita percaya. Kita yakini bahwa GPS akan menunjukan jalan menuju tempat itu. Entah bagaimana jalan itu, tapi kita yakini.
Yang namanya iman itu, kita tidak pernah mengetahui yang kita imani, tapi Al Quran dan Hadist itu menunjukan jalan menuju yang kita imani. Dan kita percaya itu. Kalaupun ada yang belum dapat kita pahami, ya imani saja dulu, seperti kamu percaya jalan yang kamu tanyakan ke GPS. Kalau ada yang kita belum faham itu adalah kasih sayang Allah sehingga kita belum faham, dan bukan berarti Qurannya salah.
Share:

Alam Nasyrah

Muhasabah
Sebelum tidur, coba sejenak kita baca Surah Alam Nasyrah. Kita tadaburi, apakah itu terjadi pada kita?
(1-4) Apakah hati kita pernah suntuk, lalu kita mendekat kepadaNya, dan kesuntukan itu hilang, meski masalah itu belum terselesaikan?
Setelah kesuntukan hilang, lalu kita menjadi tenang dan mampu berfikir lebih jernih. Lalu perlahan kita dapat mengurai masalah dan meninggalkan beban. Apa kau kira itu terjadi mengalir tanpa Ia bermain? Sekali-kali tidak.
(5-6) Al Usra itu dengan alif lam yang menunjukan suatu kepastian, adalah kepastian akan adanya masalah, adanya beban. Karena kehidupan adalah perjalanan dari masalah ke masalah.
Dan Yusra tanpa alif lam yang menunjukan suatu yang belum pasti, sehingga kita harus berikhtiar dan meng-ijtihad-i hidupmu. Memilih jalan-jalan, metode-metode untuk mengurai bebanmu. Ikhtiar kita akan menjadi jalan kapada Yusra jika kau mau mendekat padaNya. Coba kau ingat Albaqarah 186.
(7-8) Maka sekali lagi tugas kita adalah berikhtiar dengan kesungguhan dan berharap pada kekuasaanNya.
Share:

Soleboh | Oda Nobunaga

Beberapa waktu yang lalu aku ditawari Eyang Agung Nugraha film Oda Nobunaga yang baru. Lalu aku jadi teringat perjalananku dengan Soleboh di era akhir abad 16.
Oda Nobunaga meninggal pada 1584. Itu adalah waktu dimana Kanjeng Ratu Kidul mulai menggoda Panembahan Senopati. Dan Panembahan Senopati tergoda oleh rayu Kanjeng Ratu untuk kebesaran Keraton Mataram yang saat ini adalah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dan akhirnya Panembahan Senopati mendapatkan gelarnya dan kemerdekaan keraton Pada 1587.
Saat itu, Soleboh bercelatu, "Aku telah berkali-kali bertemu dengan Ratu Kidul, mulai dia menggodaku dengan pamer belahan dada ketika ia memakai kemben, hingga ia menggodaku dengan menjadi gadis berkerudung besar sehingga ku panggil Hajjah Ratu Kidul. Tapi aku tak bertekuk lutut menyerah padanya. Mungkin itu sebabnya ia masih mengejarku.
Share:

Soleboh | Gojek dengan Nyi Kidul

Setelah ditinggalkan Hajjah Ratu Kidul dalam keadaan marah beberapa tahun lamanya, Soleboh dalam perjalanannya ke Kademangan ditemui lagi oleh Kanjeng Ratu Kidul. Masih dalam kondisi marahnya, Kanjeng Ratu membuat siasat untuk "nggarapi" Soleboh.
Dengan teriakan yang memekakan telinga, Kanjeng Ratu berkata, "So...le...bo..h, kamu ingin merendahkan pamorku di masyarakat Jawa ya. Awas, akan ku rasuki tubuhmu."
Lalu ia menghilang menjadi kabut, dan menuju Soleboh. Dengan panik Soleboh berlari. Aku yang tak punya urusan dengan Kanjeng Ratu memilih duduk dan melihat. Kejar-kejaran pun terjadi. Seperti balon yang dilepas talinya, asap Kanjeng Ratu bergerak acak, kadang menabrak ranting, katak, bahkan hampir mengenaiku. Entah apa yang terjadi jika Kanjeng Ratu menabrak kodok dan terperangkap merasuki kodok itu.
Ditengah lamunanku membayangkan Kanjeng Ratu Kidul dalam kodok, kulihat Soleboh sudah berdiri disampingku. lalu dia berkata,
"Kenapa aku lari ya." sambil terengah-engah.
Kulihat sap Kanjeng Ratu pun telah lemah pergerakannya, seperti balon karet kehabisan udara.
"Ah aku tak mau lari lagi, ayo kita pergi, mumpung Hajjah Ratu sedang kelelahan"
Aku dan Soleboh lalu berjalan meninggalkan Kanjeng Ratu. Ternyata, Kanjeng Ratu juga bisa kelelahan.
"Kok Kanjeng Ratu kelelahan?" Tanyaku pada Soleboh.
"Namanya juga Jin, tenaga buat menampakkan diri saja sudah banyak yang terpakai, terus berubah jadi asap, lari-lari lagi, tentu tenaganya akan banyak terpakai. Toh jin tidak sesempurna kita"
Tetiba Kanjeng Ratu Sudah di depan Mata, Soleboh kaget, lalu lari, dan kejar-kejaran lagi. Dan aku duduk melihat lagi.
Share:

Soleboh | Pertama Bertemu

Perkenalanku dengan Soleboh terjadi ketika aku hampir lulus SMP. Aku diperkenalkan oleh Pak Jack Jaka Santosa dengan makhluk yang bernama Soleboh. Seorang abdi Kadipaten Nurwantoro di tahun 1000an Masehi. Aku tak tahu bagaimana ia menyusuri waktu hingga mampu menembus dimensi millenium 2000 dan berjumpa denganku. Dan setelah pertemuan itu, aku belum lagi bertemu dengannya.
Hingga akhir-akhir masa kuliahku ia mulai menghantui mimpiku. Ia mengajakku bermain ke masa silam dimana Indonesia belum terlahir, dimana Nusantara masih bersekat dalam kerajaan. Dan bahkan aku tidak paham dengan caranya membawaku ke masa silam. Tapi itu yang terjadi. Dan aku tidak banyak bercerita kepada teman-temanku karena aku tak mau ditertawakan atas pertemuanku dengan Soleboh.
Pun jika aku bercerita, aku hanya akan dianggap sebagai si Aneh. Atau mungkin sebagai tukang khayal, sehingga ada orang yang mampu bermain dalam dimensi waktu. Namun terlepas dari olok-olok mereka, inilah yang terjadi. Dan terlepas dari cara Soleboh membawaku, tapi inilah jalan Tuhan. Ketika ia mengijinkan sesuatu, maka itu terjadi. Seperti yang dikatakan Si Kuma, "Kalau Allah menakdirkan Lailatul Qadr itu terjadi di siang hari, Lha sak karepe Allah, meskio itu gak masuk nalarmu"
Share:

Soleboh | Kembali ke Kademangan 2

Setelah hadirnya utusan itu, Soleboh istirahat dari perjalananya mencari remah-remah sejarah orang Jawa ke Kadipaten lain dan Negeri lain. Ia putuskan kembali ke Kademangan. Setidaknya di Kademangan nanti ia bisa bersama para sesepuh untuk mencoba mencari tahu resep sejarah "Historiografi" atau sebatas resep "Legenda", pikirnya.
Lalu Soleboh menganjakku bergegas untuk segera kembali ke Kademangan. Kami berjalan kembali, tapi tak kulihat ada tatap kecewa dalam diri Soleboh sebab belum mendapat rempah apapun dan sudah kembali. Begitu ikhlas kulihat Soleboh mengikuti alur taqdir Tuhan.
"Nak Soleboh" Sapa seorang tua yang tiba-tiba. Aku sangat kaget akan kehadirannya. Tapi aneh, mungkin karena ketenangan hati Soleboh. Sama sekali tidak kulihat kekagetan dalam diri Soleboh.
"Kula Kiai" Jawab Soleboh.
"Bersegeralah kamu mendapatkan atau membuat Mustika Asta Praja. Atau Kademangan akan semakin kacau. Akan ku bantu kau dalam doaku dan akan kubantu dengan Ajian Sepi Angin agar langkahmu semakin cepat. Segeralah Nak Soleboh."
"Sendika Dhawuh Kiai"
Dan seketika tak kulihat lagi sosok itu.
Share:

Soleboh | Kembali ke Kademangan

Hingga hari ke tigapuluh ditengah perliman itu, Soleboh masih bertahan bersamaku berkemah, menanti petunjuk dari Yang Mahatahu. Hingga ia menerima utusan seorang demang. Utusan itu meminta Soleboh untuk kembali terlebih dahulu ke Kademangan. Kademangan saat ini tengah terjadi huru-hara, goro-goro. Kademangan sampai saat ini sedang kehilangan Mustika Asta Praja. Mustika itu berupa tali yang tersusun atas lima warna tali dengan ukuran yang berbeda. Dan belum diketahui bagaimana akan mencari Mustika itu. Mustika itu adalah perlambang Kademangan. Mustika itu sebnarnya bisa diganti dengan Mustika yang terbuat dari tali yang baru. Tapi belum ada yang berani menyusun tali itu.
Bahkan saat ini rakyat terbagi atas dua golongan, yaitu golongan sesepuh dan taruna. Para sesepuh berharap Mustika itu agar dicari lagi, karena keberadaan Mustika bukan sebatas perlambang tapi juga karena kewingitan Mustika itu sendiri. Para taruna lebih memilih untuk membuat Perlambang yang baru dan tetap menggunakan nama Mustika yang sama. Karena perbedaan itu yang menjadikan tidak ada tindakan baik mencari maupun membuat yang baru.
Utusan itu mengatakan permintaan demang, agar Soleboh sebagai orang yang telah menjalani Laku Tapa mau ke Kademangan terlebih dahulu untuk membantu memecahkan masalah ini. Tapi Soleboh belum mau meng-iya-kan keinginan demang. Jika Tuhan memberi petunjuk ia akan mengikut petunjuk itu, atau akan tetap berkemah di situ.
Pada malam ke empatpuluh Soleboh bermimpi. Ia menjumpai sebuah buku, buku itu bertuliskan perjalanannya sejauh ini. Ia selesaikan membaca buku itu yang ternyata hanya sampai pada perjalanannya di tenda itu. Dan terdapat sebuah petunjuk pada akhir buku itu, bahwasannya remah sejarah yang ia cari ada yang belum ditemukan yang itu malah berada di kademangannya sendiri.
Soleboh terbangun, ia merenung dan menceritakan mimpinya padaku. Apalah aku, aku hanya seorang mahasiswa yang nyantrik pada Soleboh. Aku tak berani berkata apapun. Sepertinya Soleboh telah menemukan jawaban, ia akan menemukan remah sejarah, agar tahu resep masakan asli kademangannya. Ia istirahat dari perjalanannya ke barat dan utara. Ia akan menulis resep sejarah asli kademangannya terlebih dahulu.
Share:

Sembuyan | Formasi Baturetno | Pusat Islam di Wonogiri


Dalam bahasa geologi, dataran rendah ditengah kabupaten Wonogiri disebut sebagai Formasi Baturetno. Formasi Baturetno ini dalam sejarah Jawa disebut sebagai Sembuyan. Namun demikian saya belum pernah tahu dimana itu desa, atau dusun yang disebut sebagai Sembuyan. Hingga saat ini, orang-orang yang tinggal dataran rendah ini oleh orang-orang sepuh dari atas (Pa-syaikh-an) dan sekitar disebut sebagai "Wong mBuyan".
Sembuyan merupakan pusat Islam pertama di Wonogiri. Terkait waktu, Sembuyan menjadi pusat penyebaran Islam di Wonogiri sejak Masjid Demak belum dibangun. Masjid Tiban di Sembuyan didirikan para Wali pada 1401 Saka atau 1479 Masehi. Waktu itu para Wali masih mencari Kayu Jati untuk pembangunan masjid Demak.
Saat ini, formasi ini hampir di dominasi dengan daerah Waduk Gajah Mungkur. Waduk ini dibangun pada era 80an. Akibat pembangunan waduk ini, masyarakat Sembuyan kini telah tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Mereka bertransmigrasi ke berbagai daerah, dan terbanyak adalah ke Sumatera. Semoga saja, masyarakat Sembuyan masih menjadi dai-dai penyebar agama Islam di daerah baru mereka.
Share:

Aku Kangen Nyerita

Kali ini aku berstatus
Berstatus rindu
Rindu untuk menulis
Bukan menulis tugas kuliah
Bukan menulis skripsi
Tapi rindu menulis naskah film


Tapi jemari malah tersibuk
Pada menulis puisi
Dan catetan perjalanan Soleboh, sahabatku
Dan menulis tugas kuliah pun tertinggal

Tapi fikiran belum mendapat ilham
Film apa yang bagimana dan untuk apa
Lalu hati tertarik pada sebuah perkumpulan yang dulu
Ingin menghidupi kembali kelompok itu
Tapi bukan dengan film
Adalah dengan naskah teater

Tapi aku perlu mendalami naskah yang akan ku tulis

Mendalami dengan tinggal bersama inspirasi-inspirasi cerita
Disana, Bukan di Jogja
Tapi "Kapan?"

Tapi

Tapi
Tapi
Banyak aku mencari alibi
Bukan, itu bukan alibi
Tapi itu adalah kemalasan
Sedang kau tau Syaikh Zarnuji melarang bermalasan
Iya, aku paham
Kita ikuti alurnya
Kita nanti dan ciptakan waktunya masing-masing
Share:

Soleboh | Ada Waktu Untuk yang Dasar

Kami tertidur dalam satu tenda yang sama. Aku dan Soleboh, tidur tepat ditengah perlimaan itu. Entah pukul berapa, tiada jam saat itu, yang pasti adalah menjelang fajar, Soleboh bergerak-gerak dan akupun terbangun. Tapi aku tak begitu memperhatikan apa yang ia lakukan di dalam tenda. Kemudian ia keluar, dan kuperhatikan dari dalam tenda. Ia tampak menggosok muka dan tangan menggunakan tangannya. Lalu berdiri, dan diikuti gerakan membungkuk, dan mencium tanah, mungkin itu yang ia maksud ingin melakukan Setikaroh. Selepas melakukan perbuatan itu berulang, kulihat ia duduk, tanpa kata, tanpa bergerak, mungkin ia sedang merenung. Selang waktu yang lama, ia kembali kedalam tenda dan berposisi tidur lagi, tapi aku yakin ia tak tertidur lagi.
Selang beberapa waktu, ia menggoyang pahaku dan berkata, "Ayo Subuh."
"Subuh."
"Apa kau belum tahu ini kewajiban muslim."
"Oh."
Aku pun mengikutinya. Ia melakukan gerakan seperti yang ia lakukan selepas bangun tadi, tapi kali ini hanya diulangi sekali.
Lalu ia duduk. Selang beberapa waktu ia berkata, "Alkandulilah, Aku belum selesai mencari remah-remah sejarah kadipaten ini."
"Kok begitu?"
"Aku malu jika aku mampu menyelesaikan tugas ini, tapi ilmu dasar agama ini aku belum pelajari. Masih banyak kitab yang belum ku baca, padahal itu adalah kitab-kitab dasar."
"Ah kamu menyindir aku," kataku, "Aku lebih malu lagi, Aku sudah skripsian, aku sudah sidang, dan aku belum begitu mempelajari kitab-kitab yang mungkin kamu maksud. Tapi bukannya perjalananmu mencari remah-remah ini juga bagian dari belajar Agama? dan perjalananku di bangku kuliah juga bagian dari mempelajari Agama, Al Haq?"
"Benar, tapi jika aku bersyukur belum selesai mencari remah-remah ini. Jikapun aku memperoleh ilmu agama dari perjalanan ini, aku masih takut akan menuju jalan yang salah, karena kitab-kitab dasar saja belum aku selesaikan."
"Mungkin maksudmu, aku juga harus lebih bersyukur karena belum wisuda? bukankah itu aneh?"
"Terserah kata hatimu, mau kau anggap aneh atau bersyukur, karena ada waktu bagimu sebelum wisuda untuk mempelajari kitab-kitab dasar. Tapi aku bersyukur pada kondisiku"
Share:

Soleboh | Di Perlimaan

Perjalanan Soleboh sampai pada sebuah perlimaan di dalam hutan. Entah hutan apa itu, Soleboh pun belum tahu. Yang jelas itu adalah Alas Gung Liwang-Liwung, tiada berpenghuni. Rerumputan di jalan itu cukup tinggi, menandakan bahwa jalan tersebut sudah tidak pernah dilalui sesiapa lagi.
Didepan Soleboh disuguhkan empat jalan pilihan, menuju ke barat, menuju ke barat-utara, menuju ke utara-barat, dan menuju ke utara. Belum ada petunjuk sebelumnya bahwa ia akan bertemu dengan perlimaan ini. Kumpulan remah-remah sejarah yang ia dapatkan pun belum menunjukkan manakah jalan yang harus dipilih. Atau karena belum ada petunjuk, ia akan memilih keempat jalan tersebut. Ia akan mencoba melewatinya satu persatu, ini memang akan memakan waktu, tapi siapa tahu pada setiap jalan ia akan menemui ceceran remah-remah sejarah.
Kebingungan kini melandanya. Apalagi melihat bintang, matahari pun susah di hutan ini. Begitu lebat, terlalu lebat malah. Apalagi GPS, Pedoman saja ia tak punya. Mungkin ia akan berhenti di sini malam ini. Untuk mengamalkan Setikaroh yang diajarkan Sek Ngabdullah.
* Pe-Dom-an adalah kompas yang terbuat dari Dom (Jarum) yang digunakan pada masa Majapahit atau Singhasari.
Share:

Aku Menggonggong Aku Bukan Anjing

Bahkan aku masih menunggu moment itu,
Meski aku tak mengharapkan moment itu,
Tapi sepertinya moment itu akan terjadi,
Sehingga aku disini menunggu.
Adalah moment ketika aku menjadi Anjing
Adalah moment ketika aku akan menggonggong
Yang namanya menggonggong adalah berulah
Mengganggu ketentraman telinga pengganggu
Atau malah menghentikan langkah pengganggu
Atau justru pengganggu akan berbalik arah
Atau pengganggu akan mencari jalan yang lebih benar
Namun demikian aku tak mau menjadi Anjing penjilat
Cukup hidungku yang tajam dan pendengaranku yang lebih
Menjadi Anjing selokan saja sudah cukup
Tak memakan sesama
Tak memberi makan atasan
Yang hanya untuk mendapat makanan yang lebih nikmat
Namun
Aku masihlah aku
Aku belum menjadi Anjing
dan Sekali lagi aku tak berharap menjadi Anjing
Kecuali ia akan terjadi.
Share:

Soleboh | Pekerjaan Mengabdi

Ki Sahid memulai pengajian dengan bercerita,
" Nurwantoro itu tidak akan ada jika tidak ada Lila Palilah Gusti Kang Murbeng Dumadi dan tidak akan ada jika tidak ada Bangsa Jawa. Maka dirimu sebagai orang Jawa semestinya memakai Patrap orang Jawa. Mengenai pekerjaan dan pengabdian. Kita juga harus menilik bagaimana Para Wali yang juga Mursyid di berbagai Tariqah. Pekerjaan dan pengabdian itu akan menyangkut tentang Kastamu. Kasta itu ada 7 bagi orang Jawa. Yang pertama Brahmana atau Ngulama, yaitu kastanya para Kiai, Ilmuwan, Sarjana, Syaikh, Ustadz dan mereka yang terpelajar. Dibawah Ngulama ada Umara atau Ksatria, yaitu mereka yang ikhlas dijalan pembelaan negara. Dibawahnya ada para Waisya yaitu para petani, nelayan, pedagang. Kemudian Sudra dan MahaSudra, Sudra yaitu orang yang bekerja dengan orientasi Uang, Sedang MahaSudra lebih rendah kastanya dari Sudra karena mereka suka menumpuk harta. dan tiga terbawah berurutan adalah Candala, Mlica dan Tuca. Kamu tahu Pandhita Drona tidak Boh?... Boh?"
Soleboh tersentak bangun, tidak bisa menahan rasa ngantuknya dalam mendengar ceramah gurunya itu. Sikunya digerakkan dan lengannya memoles ujung bibirnya ke ujung yang lain. Lalu jemarinya mengucek matanya.
"Bagaimana Ki?"
"Kamu tidur Boh?
"Tidak Ki, Wudhu saya belum batal. Tadi Ki Sahid matur apa?"
"Kamu tahu Pandhita Drona?"
"Tahu Ki, dia Pandhita Licik yang mengabdi dengan ilmunya kepada Raja Astina."
"Durna itu sebenarnya Pandhita yang Gung Binathara, dihormati dan disegani dalam kisah Aslinya dalam Mahabarata. Tapi dalam pandangan Sufi, Pandhita itu tidak pantas mengabdi pada kasta bawahnya. Sehingga Kanjeng Sunan Kali merubahnya dengan gambaran Negatif tadi. Mengabdikan ilmu itu ada tempatnya. Kalau mau mengabdi, Mengabdilah pada Tuhanmu dan pada Negaramu, jangan kepada Rajamu, Adipatimu."
"Lha terus bagaimana saya mencukupi kebutuhan hidup dan keluarga Ki kalau di suruh mengabdi?"
"Belajarlah Berdagang, Berternak, Nabi-nabimu pernah melakukan itu, tapi kamu juga punya pilihan lain, Bertani. Karena Jawa itu pulau Kesuburan Pulau Jawawut."
Share:

Soleboh | Hanya 40 Tahun

Ki Jendu berkata, "Kadipaten Nurwantoro itu pernah dijajah selama 350 tahun plus 3.5 tahun. Inilah yang menjadikan masyarakat kita menjadi masyarakat yang bermental budak."
"Lha kamu itu juga budak Ndu?" Soleboh menyahut.
"Oh tidak, aku adalah anomali kadipaten ini, aku adalah aku, aku adalah individu yang lepas dari sejarah kadipaten ini. Oleh karenanya aku bukan budak."
"Oh begitu, jadi kamu bukan orang Jawa yang njawani, yang kalo orang bilang, kamu itu jadi arab kalo bicara agama, lalu kamu jadi barat kalo bicara teknologi. itukah kamu orangnya?"
"Sekali lagi kukatakan Boh, aku adalah aku, bukan barat, bukan arab, bukan Jawa."
"Oh kamu ingin kacamata baru."
"Maksud kamu gimana to Boh?"
"Ya kamu ini seolah tidak mau mengaku pakai kacamata A, tidak kacamata B, tidak bermadzhab A tidak B, sehingga muncul kacamata baru milikmu. kacamata sudut pandang Kang. Sayangnya kacamata milikmu ini akan rentan terbawa angin kabar."
"maksudmu aku plin-plan"
"bukan begitu, mbok melu pendapat pendahulu yang mapan saja, mbok melu pendapat salaf wae, kacamata yang sudah ada itu sudah teruji Kang."
Lalu Soleboh kembali pada Sedjarah Pendjadjahan.
"Kang, sebagai orang Nurwantoro aku tidak terima kau bilang kadipatenku dijajah sebegitu lama. Apalagi penjajahan, yang bukan penjajahan saja sulit untuk diterima di kadipatenku og Kang. Islam itu datang sejak zaman Ngusman Bin Ngapan Abad 7 masehi, Islam datang ke Nurwantoro tidak dengan menjajah. Delapan ratus tahun Kang, masyarakat Nurwantoro belum masuk Islam. Aku ini sudah seribu tahun hidup dalam perubahan sejarah itu, jadi jangan ngeyeli Kang, Baru di Abad 15 Islam bisa diterima, dan dalam waktu 50 tahun, Sebagian besar Nurwantoro sudah menjadi masyarakat Islam. Lha apalagi penjajahan, para penjajah itu sebenarnya kesulitan mau menjajah kita, sehingga waktu mereka habis untuk berusaha menjajah. Mereka itu berusaha menjajah kita selama 310 tahun, dari usaha mereka selama itu, kita hanya terjajah 40 tahun lalu merdeka lagi dengan Adipati Kita saat itu. Banggalah kamu Kang dengan Kadipatenmu, pakailah adat yang sudah lama dibangun dengan syariat ini Kang. tidak usah dengan Kacamata Baru."
Share:

Soleboh | Mengabdikan Ilmu

Soleboh menyanyi "Engkau Sarjana muda / Resah mencari kerja / Mengandalkan ijazahmuuu "
"Sebentar boh, kok tumben kamu nyanyi begitu, kaya dijamanmu ada kuliah aja. kaya kamu anak kuliahan aja." Sela Bung Pono
"Lagune kepenak je Bung"
"Ha terus?"
"Yo ga pie-pie. Tapi aku bingung je Bung, anak-anak sekarang itu nyari ijasah itu kebanyakan buat dua tujuan, pertama pekerjaan dan kedua ijab sah."
"Lha kok bingung ta Boh, kamu masih inget pesen Gurumu, Ki Sahid, to?"
"Masih lah Bung, beliau berpesan 'Carilah ilmu agar kamu bisa mengabdi, dan sebaik pengabdian adalah pengabdian kepada Allah, maka ilmu agar kamu bisa mengabdi kepada Allah adalah ilmu fiqih. Sedangkan ilmu pengetahuan yang lain juga menuntut untuk digunakan untuk mengabdi, bukan untuk bekerja. Karena lama waktu telah kamu pertaruhakan, menjalani Tapa Brata, Tapa Laku, dan Tapa Ngrame sehingga kamu mendapati ilmumu sekarang. Jika perjuanganmu untuk ilmu kamu gadaikan kepada sebuah tujuan pekerjaan, tujuan dunia, tujuan uang, tujuan jabatan, itu seperti kamu merendahkan martabat ilmu, dan kamu merendahkan perjuanganmu sendiri. kamu harus berpikir panjang akan kau gunakan untuk apa ilmumu. Gunakanlah untuk mengabdi pada bangsa dan negara untuk mendapat Ridla Palilahe Gusti Kang Murbeng Dumadi.'."
Share:

Maafkan Aku Fitri

Fitri,
Apa engkau hanya ingin bertemu denganku sekali saja tahun ini.
Fitri,
Aku tak tahu apa kau bahagia bertemu denganku,
Fitri,
Apa memang kau ingin bertemu denganku,
Fitri,
Aku tidak berharap akan kehadiranmu,
Fitri,
Maaf mengabaikanmu, karena aku lebih rindu pada diriNya.
Fitri,
Maaf karena rasa cinta ini berlabuh padaNya.
Fitri,
Maaf, maafkan lahir dan batin,
Fitri,
Maaf, aku ingin kembali padaNya, Yang Mahasayang dan Yang Mahakasih serta Yang Mahacinta.

Suhari
1 Syawal 1437
Share:

Ramadan | Sekolah Kehidupan

Ramadhan sebagai madrasah,
Bukan sebagai kegembiraan apabila aku lulus darinya,
Melainkan adalah kekhawatiran yang bertumpuk dalam jiwa,
Kerana madrasah akan tetap madrasah,
Karena sekolah akan tetap menjadi sekolah,
Ia hanyalah tempat belajar,
Sedangkan kehidupan adalah kenyataan,
Bukan lagi tempat belajar,
Melainkan aplikasi dari apa yang telah dipelajari.
Ya, tentu ini akan lebih berat,
Melakukan apa yang telah kupelajari,
Kehidupan bukan lagi sebatas Fiqih Benar dan Salah,
Kehidupan akan menjadi seni antara keindahan dan kemesraan,
Kehidupan juga antara baik dan buruk,
Meninggalkan sekolah dengan predikat baik maupun buruk,
Akan sama saja muaranya adalah menuju kehidupan,
Dimana kita harus bertahan dalam kebaikan, kebenaran, keindahan dan kemesraan.
Kelulusan bukan menjadi batas puncak keistimewaan,
Tapi merupakan pintu menuju puncak pengetahuan,
Pintu menuju pribadi yang terbuka pada masalah baru,
Pintu yang terbuka dan mampu menyaring pilihan,
Pintu yang mampu memilih baik buruk, benar salah dan kemesraan.
Inilah Pintu,
Perbatasan antara ruang kelasmu dan lingkunganmu,
Keluarlah melalui pintu dan sambutlah Kehidupan.
Selamat datang Kehidupan,
Selamat jalan Sekolah,
Sampai kita bersua di tahun depan,
Karena aku akan mencari bahan belajar dalam Kehidupan.

Suhari
1Syawal 1437
Share:

Soleboh | Kuncinya di Cina

"Boh, Cina itu belum pernah menjajah Kadipaten Nurwantoro lho." Tukas Bung Pono pada Soleboh, "Jadi mengapa kamu benci kepada Cina Boh?"
"Iya Bung, aku tahu, tapi, itu lho, orang-orang Cina dan antek-anteknya itu mau mengkomuniskan Nurwantoro."
"Boh, kamu itu wong cilik ongklak-angklik, lungguhe mung nang dingklik, kamu itu tahu apa? apa kamu punya bukti?"
"Yo ora sih, tapi...",
"lha kamu itu pie to.Jangan benci-benci lagi" Tukasnya lagi. "Kamu sudah sampe mana mencari remah-remah ceceran sejarah Kadipatenmu."
"Masih belum nemu titik terang Bung."
"Mestinya kamu belajar ke Cina, karena mereka yang masih mau ikut menyimpan ceceran sejarahmu. Kamu harus berterimakasih ke mereka Boh, belajarlah bahasa Cina, itu akan membantumu menemukan resep asli, bukan resep kentut sejarah.
"Lha, nanti sama orang-orang itu, aku malah dibilang antek Cina bung?"
"Lha kunci resep sejarah Kadipatenmu disana, bahkan sebelum Islam masuk ke Kadipatenmu, Bahkan sekitar kelahiran Yesus, Cina sudah mencatat sejarah mbah-mbahmu yang misuwur itu. Sekarang terserah kamu, mau mendapatkan resep dari ceceran bekas para mubadzirin, atau dari Saudaramu di Utara sana."

Suhari
29 Ramadan 1437
Share:

Soleboh | Ceceran Sejarah

Kadipaten Nurwantoro sejatinya dulu pernah misuwur, masyhur, terkenal. Namun semenjak terjadi penjajahan, penyerangan tidak hanya dilakukan secara fisik. Para penjajah itu juga memakan sejarah-sejarah Kadipaten Nurwantoro. Setelah mereka makan sejarah, kemudian mereka buang angin yang kemudian oleh anak cucu prajurit kadipaten dikira adalah sejarah yang mereka punya.
Seiring berjalannya waktu, ternyata penjajah-penjajah itu adalah sahabat-sahabat setan, sehingga ketika mereka memakan sejarah-sejarah itu tidak sampai habis. maklumlah, mereka kaum mubadzirin. sisa-sisa sejarah itu sayangnya tidak tercecer di Kadipaten Nurwantoro karena penjajah itu makan sambil berlari.
ceceran-ceceran itu tersisa menyebar.
Setelah mengetahui beberapa titik keberadaan ceceran sejarah ini dari Raden Said, Soleboh kemudian melakukan perjalanan lagi melanjutkan Tapa Ngrame. Usaha demi usaha dilakukan oleh Soleboh untuk kembali mendapatkan ceceran sejarah yang akan direkonstruksi menjadi makanan sejarah dengan resep asli ala Kadipaten Nurwantoro, bukan resep dengan bahan utama kentut penjajah.
Share:

Fitrahmu Terhalang

Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah.
Islam itu sesuai dengan fitrah.
Jikalau tidak ada perkembangan akal dan nafsu, tanpa Quran dan Hadist pun manusia akan dalam kondisi fitrah,
Dan setiap manusia akan berfikir secara muslim,
Sayangnya tidak.
Manusia berkembang akalnya dan diiringi nafsu.
Sehingga manusia itu dalam perjalanannya menuju kedewasaan, hatinya akan mulai terhijab sehingga sulit untuk tetap dalam kondisi fitrah.
Bahkan untuk melihat kembali kefitrahan dirinya saja sulit,
Allah menunjukkan jalan kepada pencari fitrah ini dengan suatu perangkat, tool, software bernama Quran dan Hadist.
Dan bahkan Allah mengenalkan dirinya sebagai Allah.
Agar manusia dalam mencari fitrah lebih mudah dan lebih terarah.
Selamat Berbuka Puasa, Semoga Kita Dapat Kembali Kepada Fitrah Manusia.
Share:

Menjelang (Kapan) Iedul Fitri

Didalam dunia fisika terapan, fisika empiris, tentu terbiasa dengan istilah data terukur dan data terhitung.
Data terukur merupakan hasil dari pengamatan.
Data terhitung merupakan hasil perkiraan matematis untuk pengukuran yang dilakukan.
Lalu mana yang kita pakai?
Tentu kedua data kita pakai dalam Forward Modelling maupun Invers Modelling.
Tapi mana yang kita percaya sebagai data, tentu data terukur. Karena jika data terukur tepat sesuai dengan data terhitung, maka tentu ini ada yang ganjil, ada yang aneh. Karena pasti ada bagian anomali atau faktor yang belum bisa dideteksi secara pasti oleh pengamat.
Lalu kalau kita melakukan pengamatan terhadap bulan, mana yang akan kita lebih percaya, data rukyatul hilal atau data hisab?
Jika data rukyatul hilal adalah data terukur,
dan data hisab adalah data simulasi matematis.
Share:

Panakawan Dakwah

Dene kang sinebut Panakawan, Pana menika ngerti, kawan menika kekancan, Panakawan ateges ingkang mangerteni ing kekancan, setya ing kekancan, utawi ing cara ngarabipun walak.
Panakawan menika wonten kalih, Panakawan dumateng kasaean lan Panakawan dhateng kaawonan.
Ki Lurah Semar, Gareng, Petruk, lan Bagong menika Panakawan dumateng kasaean,
Togog lan Bilung menika Panakawan dhateng angkara.
Semar menika Ismar kang ateges Paku, dakwah menika minangka pakuning kasaean.
Gareng menika Naala Qariin utawi padas rencang ingkang kathah, dakwah menika laku kanti ngajak sinten kemawon supados dadi kekancan ing kasaean.
Petruk menika istilahe para Sufi, Fatruk kulla ma siwa Allahi, ateges dakwah menika ajakan ninggalaken sedaya kejawi Gusti Allah.
Bagong utawi Baghaa ateges dakwah menika nolak, berontak dateng angkara.
Dene Panakawan dhateng angkara murka menika sinebut Togog.
Togog utawi Thoghuut, menika pralambang angungkuli wates lumrah utawi dhalim.
Share:

Soleboh | Penjara Pejabat Penjara

Suatu ketika, Soleboh terlihat termenung, tampak ia tengah memikirkan sesuatu yang serius. Dengan kemampuanku membaca hati dan pikiran seseorang, aku mencoba menerjemahkan apa yang ia pikirkan.
Dalam pikirnya ia berkata, "Ah, aku teringat dengan sejarah tanah kelahiranku, Kadipaten Nurwantoro. Kadipatenku ini seolah telah melalui tiga kurun. Kurun lama dimana para ksatria berjuang untuk memerdekakan Kadipaten dari cengkeraman Raksasa Dewatacengkar. Rezim Raksasa saat itu menjadikan mereka menjadi tahanan, dipenjara, namun akhirnya mereka bisa merdeka dan orang-orang yang dipenjara ini lah yang akhirnya menjadi pejabat Kadipaten.
Kemudian masuk pada kurun baru, dimana pada kurun ini, Adipati Gajah Oling berusaha melanggengkan kekuasaannya dan bertindak agak diktator sehingga pasukan Semut Ireng tidak suka dan melakukan perlawanan. Akhirnya pasukan Semut Ireng ini menjadi penghuni penjara. hingga serombongan Semut Ireng yang lebih banyak menyerbu Istana Kadipaten, hingga sang Gajah tak kuasa menahan serangan para Semut. Semut-semut ireng penghuni penjara kini menjabat, masa-masa ini menjadi masa perubahan, masa pembentukan ulang.
Selang beberapa waktu, beberapa anggota Semut Ireng tergiur dengan cara gerak Gajah Oling, sehingga kini Semut berotak Gajah menjadi banyak. dan setiap Semut yang diketahui berotak Gajah kemudian dipenjara.
dan kini muncul generasi baru yang belum merasakan penjara tapi sudah menjabat.
Oh Nurwantoro, kadipatenku, kurun lama, dipenjara dulu baru jadi pejabat. akhir kurun baru Adipatiku dipenjara, lalu menjadi pejabat, lalu tidak sedikit yang dipenjara lagi. Pejabat kadipatenku kini tidak merasakan penjara pun jadi pejabat, lalu setelah jadi pejabat mereka banyak yang dipenjara."
Ah, tenaga dalamku habis untuk membaca pikirannya.
Share:

Rukun Pandawa

Utawi ingkang ateges Pandhawa Lima menika Rukun Islam ingkang gangsal.
Sepindah, Puntadewa menika nggadhahi gegaman Jamus Kalimasada. Kalimasada menika ateges Kalimah Syahdah.
Kapindho, Brantasena menika nggadhahi gegaman Pancanaka. Panca menika lima, dene Naka menika wekdal.
Katiga, Raden Harjuna ya Dananjaya, Dananjaya ateges seneng weweh.
Kapat, Nengkula ya Nangkula, Nengkula ateges Meneng ing ngawula kang ateges Pasa, Nangkula ateges Menanging kawula, dene ing riwayatipunkawula Islam, kamenangan-kamenangan menika kathang ingkang dipun gayuh wonten ing sasi Pasa.
Dene Kalima iku Sadewa, patrapipun tiyang ingkang sampun munggah kaji menika kedah nyadewa, boten tresna banda dunya.
Share:

Metode | Budaya | Syariah

Masyarakat Jawa begitu mengenal perubahan-perubahan cuaca hingga dapat menyusun Pranoto Mongso.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menempatkan Pranoto Mongso ini, Apakah menempatkannya sebagai Metodologi, atau sebagai Budaya.
Jika itu sebagai metodologi, maka sudah saatnya digantikan dengan meteorologi dengan berbagai metodenya. Tapi, jika itu sebagai budaya, maka perlakuannya adalah dilestarikan.
Primbon pun berasal dari sejumlah data yang diinterpretasi dengan metode statistik saat itu, dan pilihannya adalah Metodologi atau Budaya.
Ketika kita masuk dalam ranah yang lebih pada beberapa amaliah, kita mendapati seperti Sekaten, Tahlilan, Macapatan, Tadarusan, Wayangan, Kenduren, dan sebagainya. Maka ada tiga posisi dalam menempatkannya. Apakah itu Metodologi, Budaya, atau Syariah, sehingga akan muncul konsekuensi dari penempatan posisi tersebut, sebagaimana Pranoto Mongso dan Primbon.
Share:

Bahasa | Quran | Matematika | Fisika | Geofisika

Bahasa matematika adalah bahasa suci, tidak seperti bahasa fisika, apalagi bahasa geofisika. Mau disogok berapapun, matematika akan menyampaikan kebenaran. Satu ditambah satu akan selalu dua.
Al Quran itu suci, siapapun yang membaca, Quran adalah kebenaran.
Namun manusia tak ada yang suci, sehingga informasi-informasi dari yang ia baca menjadi tersamarkan.
Dalam fisika empiris, ketika hasil pengukuran sama seperti dengan teori, maka ini yang perlu dicurigai. Semestinya ada nilai ralat, ada nilai error, ada kesamaran informasi dari pengukuran yang dilakukan. Satu ditambah satu tidak mungkin sama dengan dua, bisa jadi dua koma sekian atau kurang sekian angka dibelakang koma.
Lalu bagaimana bisa kita mengaku bahwa pemahaman kita terhadap Quran adalah benar. Bagaimana kita yakin bahwa tafsir seorang Ibn Katsir adalah benar. Mesti ada bagian errornya.
Dalam geofisika, hasil pengukuran tentu akan memiliki nilai ralat, bahkan nilai ralat ini terkadang sampai dari 100%. Sehingga seorang geofisikawan itu biasa jika akan menambah atau mengurangi data asalkan ia akan mengurangi nilai ralat. Agar hasil pengukuran mendekati teori yang ada. Nilai ralat yang besar terjadi karena metode akuisisi yang kurang tepat atau ada informasi penyamar (noise).
Dalam kehidupan ini, masyarakat adalah sensor penerima informasi, dan dai adalah medium penyampaian kebenaran Quran. noise ini sering muncul melalui para dai ketika ingin menyampaikan informasi Quran dengan menyesuaikan kondisi masyarakat. Sensor pun memiliki spesifikasi, jika informasi yang disampaikan tidak pada range sensor tersebut maka akan dianggap noise juga oleh sensor. Masyarakat akan menolak informasi, meski itu adalah kebenaran jika tidak dalam range kapasitas pemahaman dan budaya masyarakat tersebut.
Share:

Opium | Mujahid | Pribumi


Kata Wallace, Orang pribumi itu akan bekerja untuk mencukupi kebutuhan saja. Mereka akan cenderung malas jika tidak ada pemicu atau pemaksa. Itulah salah satu sebab dikenalkannya Opium dan Kerja Paksa di Jawa.
Orang-orang yang sudah candu, ia akan senantiasa mengeluarkan apa yang ia miliki untuk mendapatkan dzat pecandu (Opium). Seiring waktu banyak yang mengkonsumsi candu sehingga mereka harus membayar dengan hasil tani atau bahkan calon hasil tani.
Opium lebih bekerja lagi dikalangan Keraton, termasuk Yogya saat itu. Orang-orang keraton banyak yang terpengaruh budaya barat sejak itu. Bahkan diceritakan oleh Agus Sunyoto salah satu panglima pasukan Pangeran Diponegoro pun sampai tidak mendapat kepercayaan dari Pangeran karena ia adalah pecandu. Namun ia gigih membersamai Pangeran meski yang lain (kiai Maja, Sentot, dll) telah meninggalkan Pangeran.
Ada satu kaum yang mereka dijaga Allah agar tidak terpengaruh candu dan tetap dapat berjihad. Mereka adalah kaum Santri yang dijaga Allah melalui fatwa para kiai bahwa Opium adalah Haram. Sehingga dalam sejarah, kontribusi Pesantren begitu besar dalam perjuangan Nusantara.
Share:

Soleboh | Ingin Islam

Selepas pertemuan Soleboh dengan Hajjah Ratu Kidul.
Soleboh mulai tertarik untuk mengetahui Islam.
Kini ia menjalani Tapa Ngrame untuk mendapati petunjuk akan Islam.
Hingga pada suatu ketika lereng Jabalkat, punggungnya ditepuk oleh seseorang. Ia memalingkan muka dan menatap orang yang menepuknya. Dia berkumis tebal dengan Blangkon Hitam ageman Hitam juga. Lalu orang itu berkata,"Jika NakMas ingin tahu Islam, ada gerbang yang harus NakMas lalui, namun NakMas harus siap dengan resiko memasuki gerbang itu."
"Gerbang apa itu, Siapa Panjenengan ini?"
"Gerbang itu adalah Asyhadu alla ilaha illallah, Waasyhadu ana muhammadar rasulullah, Ingat dan lafalkan itu dalam langkah NakMas dan carilah cahaya dari gerbang itu, saya pamit NakMas"
Meski dalam hatinya masih terbesit tanya, ia pun kembali melanjutkan Tapa Ngramenya, dan sembari melangkah ia melafalkan,
"Sadungala ila heilolah, wasadungana mokamadarosulilah"
Share:

Majelis Ulama Walisongo

Walisanga adalah Majelis Ulama di tanah Jawa saat itu, Dewan Ulama tertinggi di Jawa.
Adapun mereka yang menutup diri untuk mengakui Majelis ini sebagai Dewan ulama tertinggi adalah mereka yang merasa lebih baik seperti Syekh Siti Jenar dan pengikutnya.
Lebih parah lagi, Syekh ini mengaku sebagai kesatuan jiwa dan raga dengan tuhan.
Lalu, Majelis Ulama Indonesia, seolah gaungnya sebagai Majelis Ulama tertutup ustadz-ustadz yang bertebaran dimana-mana.
Dan bahkan iblis yang bergamis bersurban pun dipersilakan menjadi imam dan ustadz.
Ki Kebo Kenongo kini turut berdakwah meneruskan jejak gurunya untuk mengingkari Majelis Ulama.
Akibatnya, fatwa majelis ini tak ubahnya angin lalu, fatwa Ki Ageng Pengging lebih diutamakan.
Adapun benar bahwa keberadaan ulama di suatu daerah adalah untuk memberi fatwa sesuai dengan kondisi daerah tersebut, meski fatwa harus berbalikan dengan fataw Majelis Ulama, namun bukan untuk merendahkan Majelis Ulama.
Allahu A'lam.
Share:

Soleboh | Wahyu Lintang Johar

Sejauh Soleboh memenjalani "Laku Tapa" di berbagai tempat,
Ia mendapat "Wahyu Lintang Johar" dibeberapa kali pertapaannya di tempat yang berbeda-beda.
Lantas Lintang Johar itu mewujudkan diri dalam wujud "Kanjeng Ratu Segara Kidul" yaitu wanita berparas cantik berkemben hijau.
Namun terkadang menamakan diri sebagai Nyi Ratu Kidul, Nyi Roro Kidul, Kanjeng Raja Naga Kidul, dan sebagainya yang semua mengaku sebagai penguasa laut selatan.
Dan dalam kemunculannya ditempat yang berbeda, Beliau menceritakan tentang dirinya dalam cerita yang berbeda dan terkadang berlawanan.
Baru pada "Laku Tapa" yang terakhir, Soleboh mendapat "Wahyu Cahya Dumilah" yang berubah wujud menjadi Hajjah Ratu Kidul.
Dalam wujud ini, Hajjah Ratu Kidul berparas cantik dan memakai kerudung besar dan jilbabnya yang menutup seluruh auratnya.
Hajjah Ratu Kidul paring sabda, "Soleboh, sejatinya banyak jin yang mengaku-ngaku sebagai Ratu Kidul, sehingga engkau akan dibuat bingung oleh kisah-kisahnya yang berbeda di setiap daerah. Toh jin itu bebas mengaku-ngaku sebagai siapapun kecuali mengaku sebagai Nabimu."
Soleboh yang cerdik itu "nyeplos", "Oh, jadi Ratu Kidul itu banyak dan dari jin yang berbeda-beda, termasuk anda pun hanya mengaku sebagai Ratu Kidul."
Dengan wajah agak marah, Hajjah Ratu Kidul berpaling dan menjauh dari Soleboh.
Share: